tag:blogger.com,1999:blog-63043600561375604522024-02-08T04:55:38.375+08:00Catatan Radiograf ™Just want to share although slightly....Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.comBlogger102125tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-29917718331308628752015-11-09T12:49:00.000+08:002015-11-09T12:52:06.220+08:00Sejarah Singkat Narkoba<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0Q9ZMZOWhREZ_v4rksbR5m2atpw7gb5Db6V-Dd9fDZLqvvTkq5ueX5w9VOShwicxPtPDIIDofwF7-S9GFleSY_U7ivh3WHxrphyX7Ni0J7pxGtJUWI7sAg26b98g32mdtXTNmVJ_-ELo/s1600/morphine.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0Q9ZMZOWhREZ_v4rksbR5m2atpw7gb5Db6V-Dd9fDZLqvvTkq5ueX5w9VOShwicxPtPDIIDofwF7-S9GFleSY_U7ivh3WHxrphyX7Ni0J7pxGtJUWI7sAg26b98g32mdtXTNmVJ_-ELo/s320/morphine.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah lama tidak posting, kali ini ijinkan ane merangkum sedikit pengetahuan yang berhubungan dengan narrkoba gan, berhubung sekarang admin sedikit banyak berkecimpung di dunia narkoba (tapi bukan pemakai) hahaha... silahkan aja gan langsung disimiak, semoga bermanfat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada pemaparan kali ini penulis mencoba merangkum dari berbagai
sumber mengenai sejarah singkat tentang narkoba. Karena dinilai penting
sekali masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan untuk mengetahui apa
sebenarnya dan berawal darimana narkoba itu berasal. Di awali dengan
sejarah narkoba di Indonesia. Di Indonesia Narkoba merupakan singkatan
dari narkotika dan obat berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang
diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada
sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi penggunanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau
obat-obatan untuk penyakit tertentu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia,
jauh sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda.
Pada umumnya para pemakai candu (opium) tersebut adalah orang-orang
Cina.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemerintah Belanda memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk
menghisap candu dan pengadaan (supply) secara legal dibenarkan
berdasarkan undang-undang. Orang-orang Cina pada waktu itu menggunakan
candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan menghisapnya melalui
pipa panjang. Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di
Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan Undang-Undang itu
dan melarang pemakaian candu (Brisbane Ordinance).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ganja (Cannabis Sativa) banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera
lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan
ramuan makanan sehari-hari. Tanaman Erythroxylon Coca (Cocaine) banyak
tumbuh di Jawa Timur dan pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi ekspor.
Untuk menghindari pemakaian dan akibat-akibat yang tidak diinginkan,
Pemerintah Belanda membuat Undang-undang (Verdovende Middelen
Ordonantie) yang mulai diberlakukan pada tahun 1927 (State Gazette
No.278 Juncto 536).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun demikian obat-obatan sintetisnya dan juga beberapa obat lain
yang mempunyai efek serupa (menimbulkan kecanduan) tidak dimasukkan
dalam perundang-undangan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia membuat
perundang-undangan yang menyangkut produksi, penggunaan dan distribusi
dari obat-obat berbahaya (Dangerous Drugs Ordinance) dimana wewenang
diberikan kepada Menteri Kesehatan untuk pengaturannya (State Gaette
No.419, 1949).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baru pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis
narkotika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang
Vietnam sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, maka hampir di
semua negeri, terutama di Amerika Serikat penyalahgunaan obat
(narkotika) sangat meningkat dan sebagian besar korbannya adalah
anak-anak muda. Nampaknya gejala itu berpengaruh pula di Indonesia dalam
waktu yang hampir bersamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menyadari hal tersebut maka Presiden mengeluarkan instruksi No.6
tahun 1971 dengan membentuk badan koordinasi, yang terkenal dengan nama
BAKOLAK INPRES 6/71, yaitu sebuah badan yang mengkoordinasikan (antar
departemen) semua kegiatan penanggulangan terhadap berbagai bentuk yang
dapat mengancam keamanan negara, yaitu pemalsuan uang, penyelundupan,
bahaya narkotika, kenakalan remaja, kegiatan subversif dan pengawasan
terhadap orang-orang asing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemajuan teknologi dan perubahan-perubahan sosial yang cepat,
menyebabkan Undang-Undang narkotika warisan Belanda (tahun 1927) sudah
tidak memadai lagi. Maka pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang
No.9 tahun 1976, tentang Narkotika. Undang-Undang tersebut antara lain
mengatur berbagai hal khususnya tentang peredaran gelap (illicit
traffic). Disamping itu juga diatur tentang terapi dan rehabilitasi
korban narkotik (pasal 32), dengan menyebutkan secara khusus peran dari
dokter dan rumah sakit terdekat sesuai petunjuk menteri kesehatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia,
maka UU Anti Narkotika mulai direvisi. Sehingga disusunlah UU Anti
Narkotika nomor 22/1997, menyusul dibuatnya UU Psikotropika nomor
5/1997. Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan
pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi
terberat berupa hukuman mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan jauh sebelum Indonesia mengenal narkoba, sekitar tahun 2000 SM di
Samaria dikenal sari bunga opion atau kemudian dikenal opium (candu =
papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi
di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran
selanjutnya adalah ke arah India, Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya,
cina kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu
ini (dimungkinkan karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke
XVII masalah candu ini bagi cina telah menjadi masalah nasional, bahkan
di abad XIX terjadi perang candu dimana akhirnya cina ditaklukan Inggris
dengan harus merelakan Hong Kong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim
sertuner menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian
dikenal sebagai Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang
bernama Morphius). Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin
ini sangat populer dipergunakan untuk penghilang rasa sakit luka-luka
perang sebahagian tahanan-tahanan tersebut "ketagihan" disebut sebagai
"penyakit tentara". Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright
dari London, merebus cairan morphin dengan asam anhidrat (cairan asam
yang ada pada sejenis jamur) campuran ini membawa efek ketika diuji coba
kepada anjing yaitu: anjing tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan
muntah-muntah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun tahun 1898 pabrik obat "Bayer" memproduksi obat tersebut
dengannama Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer).
Tahun 60-an - 70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah
"Golden Triangle" yaitu Myanmar, Thailand dan Laos, dengan produksi 700
ribu ton setiap tahun. Pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan,
Iran dan Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika dan Amerika.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain morphin dan heroin adalagi jenis lain yaitu kokain (ery
throxylor coca) berasal dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan
Bolavia. Biasanya digunakan untuk penyembuhan Asma dan TBC. Pada akhir
tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin meningkat serta
tekhnologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu
tersebut dapat juga dalam bentuk obat dan pil.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkat-narkoba" target="_blank">Sumber</a> </div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-24616754854893905932013-06-20T11:32:00.000+08:002013-06-20T11:35:25.560+08:00Hipospadia<div style="text-align: justify;">
<b>Definisi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksternus (lubang kencing) terletak di bagian bawah dari penis dan letaknya lebih kearah pangkal penis dibandingkan normal. Hipospadia biasanya disertai bentuk abnormal penis yang disebabkan adanya chordee dan adanya kulit di bagian punggung penis yang relatif berlebih dan bagian bawah yang kurang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Gejala Klinis</b></div>
</div>
<div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Kulit penis bagian bawah sangat tipis</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak adap</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum)</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal</span></li>
</ul>
<span id="goog_1975671999"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://gdwgdw.files.wordpress.com/2011/05/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="http://gdwgdw.files.wordpress.com/2011/05/2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.292969);">Gambar. Menunjukkan kemungkinan letak lubang kencing pada pasien hipospadia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Penatalaksanaan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan operasi pada hipospadia adalah <span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">agar pasien dapat berkemih dengan normal, bentuk penis normal, dan memungkinkan fungsi seksual yang normal. Hasil pembedahan yang diharapkan adalah penis yang lurus, simetris, dan memiliki meatus uretra eksternus pada tempat yang seharusnya, yaitu di ujung penis. Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Thiersch-Duplay, Dennis Brown, Cecil Culp</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.292969);">Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap.</span></div>
<br />
<ol>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.292969);">Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.292969);">Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebig ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.292969);">Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);"><b>Epidemiologi</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Di AS terjadi pada setiap 300-350 kelahiran bayi laki-laki hidup. Makin proksimal (mendekat kearah pangkal) letak meatus, makin berat kelainannya dan makin jarang frekuensinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);"><b>Penyebab</b></span></div>
<br />
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.292969);">Produksi hormon androgen abnormal</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Perbedaan sensitivitas terhadap hormon androgen pada jaringan yang berhubungan, misalnya tuberkulum genital</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-composition-fill-color: rgba(175, 192, 227, 0.230469); -webkit-composition-frame-color: rgba(77, 128, 180, 0.230469); -webkit-tap-highlight-color: rgba(26, 26, 26, 0.296875);">Hormon estrogen dari lingkungan</span></li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Pemeriksaan Tambahan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG dan BNO-IVP mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/73/hipospadia" target="_blank">Sumber</a></div>
</div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-40692841862493327052012-12-16T04:28:00.000+08:002012-12-16T04:28:12.159+08:00Osteomielitis<div style="text-align: justify;">
<b>DEFINISI</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7wVu9zbjx7YjrSD0QwZjZ7hn6Hl4FJ23i2bKw8QVbHPs6XpCMUrXCUBkkNwHJpjBXkrF40WlwiFTL-1BA5Ku4DXZzUvCa0_JDiqugcZpt8cHnyWGNYcXeG-0kujGgcOcWksrQ6okxvSI/s1600/ostemyelitis.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7wVu9zbjx7YjrSD0QwZjZ7hn6Hl4FJ23i2bKw8QVbHPs6XpCMUrXCUBkkNwHJpjBXkrF40WlwiFTL-1BA5Ku4DXZzUvCa0_JDiqugcZpt8cHnyWGNYcXeG-0kujGgcOcWksrQ6okxvSI/s320/ostemyelitis.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENYEBAB</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:</div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li>Aliran darah</li>
<li>Penyebaran langsung</li>
<li>Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.</li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang (penyakit Pott).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>GEJALA</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0lvwHODMwpIcOKCD-YpwxbvoO9T-56IFtqa9sZ2fNEmF__SXLJXdh2CPBpDymNKHdSXuET8jhsYFgRFCTtMYAoJSj7I5nD-BXCeMSmyQ2AK6_BWU6hZ4uYS5kuMsdSbjuhCdkfIp3mhg/s1600/vv.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0lvwHODMwpIcOKCD-YpwxbvoO9T-56IFtqa9sZ2fNEmF__SXLJXdh2CPBpDymNKHdSXuET8jhsYFgRFCTtMYAoJSj7I5nD-BXCeMSmyQ2AK6_BWU6hZ4uYS5kuMsdSbjuhCdkfIp3mhg/s1600/vv.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DIAGNOSA</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGt6rRZQ-aet4zBuQqTqdb6YSf9iCvY7N1qQMGl_3PhP6RnO0FasgNxGk7ce7UfzPKxNlpQRlg1-xL6_ATHBA6QbtdDC8zKrCi0mveVlr3XaVuKmYwWxwF0NMArHnZuNBKqzclsNM2GRQ/s1600/s.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGt6rRZQ-aet4zBuQqTqdb6YSf9iCvY7N1qQMGl_3PhP6RnO0FasgNxGk7ce7UfzPKxNlpQRlg1-xL6_ATHBA6QbtdDC8zKrCi0mveVlr3XaVuKmYwWxwF0NMArHnZuNBKqzclsNM2GRQ/s320/s.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada skening tulang dengan teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali pada anakanak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi hal ini tidak akan muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama timbul.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang, diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENGOBATAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk anak-anak dan dewasa yang mendapatkan infeksi tulang melalui aliran darah, pengobatan paling efektif adalah antibiotik. Jika bakteri penyebabnya tidak dapat ditentukan, maka antibiotik akan efektif untuk melawan Staphylococcus aureus (bakteri yang paling sering ditemukan sebagai penyebabnya), dan pada beberapa kasus melawan bakteri lainnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tergantung kepada beratnya infeksi, pada awalnya antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah), selanjutnya diberikan per-oral (ditelan) selama 4-6 minggu. Beberapa penderita bahkan memerlukan antibiotik sampai berbulan-bulan. Jika infeksi bisa ditemukan pada stadium awal, biasanya tidak diperlukan pembedahan. Tetapi kadangkadang suatu abses memerlukan pembedahan untuk mengeluarkan nanahnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang dewasa yang mengalami infeksi tulang belakang, biasanya akan mendapatkan antibiotik selama 6-8 minggu, kadang-kadang disertai dengan istirahat total. Mungkin diperlukan pembedahan untuk mengeringkan abses atau untuk menstabilkan tulang belakang yang terkena. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika infeksi tulang berasal dari jaringan lunak di dekatnya, pengobatannya lebih kompleks. Biasanya semua jaringan dan tulang yang mati diangkat melalui pembedahan, dan ruang kosong yang ditinggalkannya, diisi dengan tulang, otot atau kulit yang sehat. Selanjutnya infeksi diobati dengan antibiotik. Biasanya, suatu sendi buatan yang terinfeksi diangkat dan diganti. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Antibiotik diberikan beberapa minggu sebelum pembedahan, sehingga sendi buatan yang terinfeksi tersebut bisa diangkat dan digantikan oleh sendi buatan yang baru. Kadang pengobatan bisa gagal dan infeksinya berlanjut, sehingga diperlukan pembedahan untuk menggabungkan sendi atau mengamputasi anggota gerak yang terkena. Infeksi yang menyebar dari ulkus di kaki karena pasokan darah yang buruk atau karena kencing manis, sering melibatkan sejumlah bakteri dan sulit untuk diobati hanya dengan antibitotik saja, mungkin diperlukan pembedahan untuk mengangkat tulang yang terinfeksi. Pemilihan antibiotik yang digunakan antara lain Nafcillin , Ceftriaxone , Cefazolin , Ciprofloxacin , Ceftazidime , Clindamycin , Vancomycin , Linezolid</div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-36020913954679409862012-12-16T04:04:00.000+08:002012-12-16T04:04:12.509+08:00Taji Pada Tumit (Heel Spurs)<div style="text-align: justify;">
<b>DEFINISI</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLgeoKY_X8Mpv80rgMtCJc2745T2fc8N_cUl-lAQ8r4Z9BCLhcbklWfkdRxi4OxPEef31R7F-__Tbz-OrYDW7_yXbitB6SiK_QdPp7aK-hiMmmEr5ZOhgkG0nYVgoLlHCVWDa1C-jN8Fc/s1600/heel-spur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLgeoKY_X8Mpv80rgMtCJc2745T2fc8N_cUl-lAQ8r4Z9BCLhcbklWfkdRxi4OxPEef31R7F-__Tbz-OrYDW7_yXbitB6SiK_QdPp7aK-hiMmmEr5ZOhgkG0nYVgoLlHCVWDa1C-jN8Fc/s1600/heel-spur.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Taji Pada Tumit (Heel Spurs) adalah pertumbuhan kelebihan tulang di tumit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-weight: bold; text-align: justify;">
<b>PENYEBAB</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Heel spurs bisa disebabkan oleh penarikan berlebihan pada tulang tumit oleh tendon atau fasia (jaringan ikat yang menempel ke tulang). Resiko terjadinya heel spurs meningkat pada:</div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li>Kaki rata (flatfoot, pendataran abnormal pada telapak kaki dan sudut dari kaki)</li>
<li>Penyakit dimana sumbu tumit selalu berkontraksi sehingga memberikan tegangan berlebihan kepada fasia.<a name='more'></a></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>GEJALA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Heel spurs bisa menyebabkan nyeri di dasar tumit, terutama ketika penderita berjalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kadang sebuah kantong berisi cairan (bursa) terbentuk diluar taji dan mengalami peradangan. Keadaan ini disebut bursitis kalkanealis, yang biasanya menyebabkan nyeri berdenyut dan bisa terjadi tanpa adanya taji.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kadang kaki beradaptasi dengan taji ini sehingga nyeri benar-benar menghilang pada saat taji membesar. Di lain pihak, taji yang tidak menimbulkan nyeri bisa menjadi nyeri setelah terjainya cedera ringan, misalnya setelah berolah raga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DIAGNOSA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika terdapat taji, maka penekanan di pusat tumit bisa menyebabkan nyeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan rontgen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENGOBATAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi nyeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Campuran kortikosteroid ( Prednison , Methylprednisolone, Desonide , Hydrocortisone, Betametasone , Desoxymethasone , Triamcinolone ) dan obat bius lokal ( lidokain ) bisa disuntikkan ke dalam daerah yang terkena di tumit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Membungkus tumit dengan bantalan dan menggunakan pelapis sepatu bisa meminimalkan peregangan fasia dan mengurangi nyeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembedahan dilakukan jika nyeri hebat yang menetap selalu timbul pada saat penderita berjalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-77995985944041203462012-12-16T03:51:00.004+08:002012-12-16T03:51:53.063+08:00Kanker Hati Metastatik<div style="text-align: justify;">
<b><u>Kanker Hati Metastatik</u></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx9XTpGhnQ_0OzXjqod2H_iqRT7lYeUNKNdEXJVkAA7_1reSa4Zgazej27QIWaNq3D9VbfZOVUG9TvDnGKipU6S_h8aWT4GFeaaHlUXt5k8uf0F8wpcoGiss5WKn4wJIzEhHd_pgltkwQ/s1600/Presentation1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx9XTpGhnQ_0OzXjqod2H_iqRT7lYeUNKNdEXJVkAA7_1reSa4Zgazej27QIWaNq3D9VbfZOVUG9TvDnGKipU6S_h8aWT4GFeaaHlUXt5k8uf0F8wpcoGiss5WKn4wJIzEhHd_pgltkwQ/s200/Presentation1.jpg" width="147" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>DEFINISI</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kanker Hati Metastatik adalah tumor-tumor yang telah menyebar ke hati dari bagian tubuh yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENYEBAB</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li>Tumor ganas metastatik pada umumnya berasal dari paru-paru, payudara, usus besar, pankreas dan lambung.</li>
<li>Leukimia dan kanker sel darah lainnya (misalnya limfoma), bisa juga menyebar ke hati.</li>
<li>Kadang ditemukannya tumor hati metastatik merupakan petunjuk adanya kanker lain pada penderita.<a name='more'></a></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>GEJALA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li>Gejala awalnya sering berupa penurunan berat badan dan berkurangnya nafsu makan.</li>
<li>Hati menjadi besar, keras dan tumpul.</li>
<li>Bisa juga terjadi demam.</li>
<li>Kadang limpa juga ikut membesar, terutama jika kanker berasal dari pankreas.</li>
<li>Rongga perut teregang, karena terisi oleh cairan (asites).Jika kanker tidak menyumbat saluran empedu, tidak terdapat jaundice atau terdapat sakit kuning yang ringan.</li>
<li>Dalam beberapa minggu sebelum penderita meninggal, jaundice akan bertambah buruk. Penderita juga akan kehilangan kesadaran dan mengantuk karena racun yang terkumpul dalam otak (ensefalopati hepatikum).</li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DIAGNOSA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5u9Ezc2kYIVw9H6Vco_psDMhETREPlkLg1ABs6F_UBHymISr-X0w-4aliyPuy_WFtlm4HS4CTT3nEEQd71h-g5bxgqh8gnAfz_yxjnHKTE6WKdlrfK2QutzLPUIOpeNDlN5jpWo-pBgI/s1600/d.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5u9Ezc2kYIVw9H6Vco_psDMhETREPlkLg1ABs6F_UBHymISr-X0w-4aliyPuy_WFtlm4HS4CTT3nEEQd71h-g5bxgqh8gnAfz_yxjnHKTE6WKdlrfK2QutzLPUIOpeNDlN5jpWo-pBgI/s200/d.jpg" width="200" /></a>Pada stadium akhir, kanker hati metastatik akan lebih mudah didiagnosis bila dibandingkan dengan kanker stadium awal.</div>
<div style="text-align: justify;">
USG, CT scan dan MRI hati bisa menunjukkan adanya kanker, tetapi tidak selalu dapat menemukan tumor-tumor yang kecil atau membedakan suatu tumor dari sirosis dan penyakit lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tumor sering menyebabkan kelainan fungsi hati, yang bisa diketahui dari pemeriksaan darah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Biopsi hati bisa memperkuat diagnosa pada sekitar 75% kasus. Untuk membantu memperoleh jaringan kanker dari hati, bisa dipandu oleh USG atau laparoskopi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENGOBATAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Tergantung dari jenisnya, obat-obat anti kanker untuk sementara waktu dapat memperkecil ukuran tumor dan memperpanjang harapan hidup penderita, tetapi tidak mengobati kanker secara tuntas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Obat-obatan anti kanker yang sering digunakan adalah doxorubicin, cisplatin, 5-fluorouracil, Sorafenib, Sunitinib, Erlotinib, Sirolimus</div>
<div style="text-align: justify;">
Obat anti kanker bisa disuntikan ke dalam arteri hepatika, yang akan mengalirkan obat dalam konsentrasi tinggi secara langsung ke sel-sel kanker di hati. Tehnik ini lebih memungkinkan untuk memperkecil tumor dan menimbulkan lebih sedikit efek samping, tetapi belum terbukti bisa memperpanjang harapan hidup penderita. Terapi radiasi (penyinaran) kadang dapat mengurangi nyeri yang hebat, tetapi tidak terlalu efektif. Jika hanya ditemukan satu tumor, bisa diangkat melalui pembedahan, terutama jika kanker berasal dari usus. Untuk kanker yang meluas, yang bisa dilakukan hanyalah mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://medicastore.com/penyakit/1015/Kanker_Hati_Metastatik.html" target="_blank">Sumber</a></div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-48814998764273840342012-12-16T03:32:00.002+08:002012-12-16T03:33:37.691+08:00Glomerulopati<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>DEFINISI</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.unckidneycenter.org/images/glomerulus.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://www.unckidneycenter.org/images/glomerulus.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Glomerulopati merupakan peradangan pada glomeruli.</div>
<div style="text-align: justify;">
Glomeruli adalah bagian pertama dari sistem penyaringan ginjal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat 4 jenis glomerulopati:</div>
<br />
<ol>
<li style="text-align: justify;"><i>Sindroma Nefritik Akut,</i> timbul secara mendadak dan biasanya cepat sembuh</li>
<li style="text-align: justify;"><i>Sindroma Nefritik Progresif</i>, timbul secara mendadak dan segera memburuk</li>
<li style="text-align: justify;"><i>Sindroma Nefrotik</i>, menyebabkan hilangnya sejumlah besar protein dalam air kemih</li>
<li style="text-align: justify;"><i>Sindroma Nefrotik Kronik</i>, timbul secara bertahap dan memburuk secara perlahan, seringkali selama bertahun-tahun.<a name='more'></a></li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika glomerulus mengalami kerusakan, maka zat-zat dari aliran darah tidak disaring secara normal. Protein, darah, sel darah putih dan debris) dapat melewati glomerulus dan masuk ke dalam air kemih. Bekuan darah yang kecil (mikrotrombus) bisa terbentuk di dalam kapiler yang memperdarahi glomerlus, sehingga mengurangi jumlah air kemih yang dihasilkan. Selain itu, ginjal menjadi tidak mampu memekatkan air kemih, membuang asam dari tubuh atau menyeimbangkan pembuangan garam. Pada awalnya glomerulus bisa mengkompensasai sebagian dengan cara tumbuh lebih besar, tetapi hal ini akan semakin menambah kerusakan sehingga pembentukan air kemih berkurang dan limbah metabolik terkumpul di dalam darah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENYEBAB</b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Peradangan ginjal biasanya disebabkan oleh infeksi, seperti yang terjadi pada pielonefritis atau sautu reaksi kekebalan yang keliru dan melukai ginjal. Suatu reaksi kekebalan yang abnormal bisa terjadi melalui 2 cara:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Suatu antibodi dapat menyerang ginjalnya sendiri atau suatu antigen (zat yang merangsang reaksi kekebalan) menempel pada ginjal</li>
<li>Antigen dan antibodi bergabung di bagian tubuh yang lain dan kemudian menempel pada sel-sel di dalam ginjal.</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>GEJALA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala yang timbul tergantung kepada jenis glomerulopati yang terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DIAGNOSA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Diagnosis pasti untuk semua jenis glomerulopati adalah dengan biopsi ginjal. Diambil potongan kecil ginjal (biasanya dengan jarum yang dimasukkan melalui kulit) dan diperiksan dengan mikroskop.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Urinalisis (pemeriksaan contoh air kemih) membantu memperkuat diagnosis dan pemeriksaan darah rutin bisa menunjukkan luasnya kerusakan fungsi ginjal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengukuran kadar antibodi dalam contoh darah membantu menentukan perkembangan penyakit; jika kadarnya tinggi maka keadaannya buruk, jika kadarnya rendah maka keadaannya membaik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENGOBATAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Usaha untuk merubah reaksi kekebalan dengan membuang antigen, antibodi maupun kombinasi keduanya dilakukan melalui prosedur plasmaferesis, dimana zat-zat yang berbahaya dibuang dari dalam darah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menekan reaksi kekebalan diberikan obat anti peradangan dan obat imunosupresan (penekan sistem kekebalan) misalnya kortikosteroid ( Prednisone , Methylprednisolone ) , Azatriopine , Cyclosporine , Chlorambucil dan siklofosfamid. Pada beberapa kasus, diberikan obat yang mencegah terbentuknya bekuan darah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika memungkinkan, diberikan pengobatan spesifik untuk penyakit yang mendasarinya; misalnya pemberian antibiotik untuk mengatasi suatu infeksi.<br />
<br />
<a href="http://medicastore.com/penyakit/716/Glomerulopati.html" target="_blank">Sumber</a></div>
<br />Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-63241557758028547012012-12-16T02:35:00.001+08:002012-12-16T02:35:59.579+08:00AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome)<br />
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
<strong>Defenisi</strong></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzYadjlKwh9UJDyOZeeGKWnDeN-qbs_JBKbmCaL3fai7GIL2c4uzDYj3l1yo9p1bi6_KEP9zUaFli5IFYkfHsfzfZFXndK8I638B24e8fxk4J2OqKR8ELhO8Ju5PurQn7AccDlQS5uLcI/s1600/HIV-AIDS-cubes.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzYadjlKwh9UJDyOZeeGKWnDeN-qbs_JBKbmCaL3fai7GIL2c4uzDYj3l1yo9p1bi6_KEP9zUaFli5IFYkfHsfzfZFXndK8I638B24e8fxk4J2OqKR8ELhO8Ju5PurQn7AccDlQS5uLcI/s320/HIV-AIDS-cubes.jpg" width="320" /></a></div>
<div align="justify" style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
AIDS adalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh infeksi HIV(<em>Human Immunodeficiency Virus)</em> yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh sehingga penderita mudah terjangkit penyakit infeksi. Dan pada kenyataannya ditemukan bahwa yang menyebabkan penderita AIDS meninggal adalah karena penyakit infeksi oportunistik dan bukan oleh karena infeksi HIV itu sendiri.</div>
<div align="justify" style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal. Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi). AIDS, <em>acquired immunodeciency syndrome terjadi </em>imunodefisiensi sekunder yang disebabkan oleh infeksi HIV. Kekurangan imunitas tubuh dapat dilihat dari kadar CD4 (kurang dari 200) dalam tubuh.</div>
<a name='more'></a><br />
<div align="justify" style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
<strong>Gejala dan Tanda</strong></div>
<div align="justify" style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
Perjalanan klinik infeksi HIV terbagi atas tiga tahap yaitu, tahap akut yang berlangsung selama 3-12 minggu, tahap laten/kronik yang berlangsung antara tahun pertama hingga ke tujuh, dan tahap krisis yang terjadi pada tahun ke delapan hingga ke sebelas.</div>
<div align="justify" style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
Seseorang dikatakan telah menderita AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor, dan gejala-gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang berkaitan dengan infeksi HIV<br />Gejala mayor :</div>
<ul style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; list-style: circle; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;">
<li>Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan</li>
<li>Diare berkepanjangan yang berlangsung lebih dari satu bulan</li>
<li>Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan</li>
<li>Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis (saraf)</li>
<li>Demensia (penurunan ingatan/memori) /HIV ensefalopati</li>
</ul>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
Gejala minor :</div>
<ul style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; list-style: circle; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px;">
<li>Batuk menetap lebih dari satu bulan</li>
<li>Dermatitis generalisata yang gatal</li>
<li>Adanya penyakit herpes zoster dibeberapa tempat dan atau berulang</li>
<li>Kandidiasis orofaringeal - Penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan</li>
<li>Limfadenopati generalisata – Pembesaran di semua kelenjar limfe</li>
<li>Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita</li>
</ul>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
<strong>Pemeriksaan Tambahan</strong></div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
Untuk mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi HIV, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang saat ini sering digunakan adalah tes antibodi, tes ini mudah dilaksanakan dan biayanya murah. Bila pada tes antibodi ditemukan hasil yang positif, maka pemeriksaan harus diulang dan bila masih positif dilakukan tes konfirmasi dengan tes <em>Western Blot.</em> Bila <em>Western Blot</em> tidak tersedia, maka hasil dinyatakan positif bila tes antibodi menunjukkan tiga kali hasil yang positif. Sebaliknya, hasil yang negatif dapat berarti seseorang tidak terinfeksi HIV atau masih berada dalam periode jendela.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
<span class="style1"><strong>Tata Laksana</strong></span></div>
<div align="justify" style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
Terapi yang diberikan pada penderita AIDS adalah terapi kausal (Penyebab), terapi suportif untuk meningkatkan keadaan umum pasien, dan terapi untuk infeksi oportunistik. Sebagai terapi kausal diberikan antiretroviral (ARV). Indikasi pemberian ARV adalah adanya bukti infeksi HIV dengan gejala atau infeksi HIV dengan pemeriksaan CD4 (salah satu sistem kekebalan tubuh) dibawah 200/mL. Jika pemeriksaan CD4 tidak dapat dilakukan, dapat digunakan pemeriksaan limfosit total. CD4 200/mL kurang lebih setara dengan limfosit total 1200sel/dL. ARV diberikan dengan cara kombinasi, hal ini berdasar atas bukti klinis yang menunjukkan bahwa inisiasi terapi menggunakan kombinasi dua atau lebih ARV memberikan hasil yang optimal.<br />
Selama pemberian ARV, dilakukan pemantauan secara klinis dan laboratorium. Pemantauan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan hemoglobin (Hb), SGOT, SGPT, bilirubin, CD4, serta <em>viral load</em>. Terapi yang berhasil akan perbaikan gejala klinis, peningkatan CD4 dan viral load. Terapi yang efektif akan menunjukkan penurunan <em>viral load</em> setelah terapi selama 3-4 minggu. Dan beberapa penelitian menyatakan bahwa dalam 6 bulan terapi sekitar 80% dari penderita AIDS yang menggunakan ARV secara teratur dapat mencapai keadaan <em>undetectable.</em></div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-35601459282003520852012-12-16T01:55:00.001+08:002012-12-16T01:56:52.840+08:00Transplantasi Sumsum Tulang Untuk Penderita Leukimia<br />
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
<strong>Lebih Jauh Tentang Leukimia</strong></div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
Istilah leukemia sudah sering kita dengar di masyarakat. Walaupun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa pengetahuan masyarakat mengenai leukemia masih terbatas karena dasar ilmu yang memang sulit dipahami oleh awam. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan leukemia? Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
<img align="left" alt="" class="pic" height="133" src="http://klikdokter.com/userfiles/transp_1.JPG" style="border: 0px; padding: 10px;" width="200" />Secara garis besar, leukemia dibedakan menjadi leukemia akut dan kronik. Perjalanan penyakit pada leukemia kronik lebih lama dan cenderung tidak bergejala dibandingkan leukemia akut. Meskipun demikian, kemungkinan sembuh leukemia akut lebih besar dibandingkan leukemia kronik yang mudah kambuh. Penggolongan selanjutnya berdasarkan jenis sel kanker, apakah limfoblastik atau mielositik. Dari penggolongan ini, didapatkan empat tipe leukemia, yaitu:</div>
<ol style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px 0px 0px 18px; text-align: justify;">
<li>Leukemia Limfositik Akut (LLA). Merupakan tipe leukemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak.</li>
<li>Leukemia Mielositik Akut (LMA). Tipe leukemia ini lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.</li>
<li>Leukemia Limfositik Kronis (LLK). Sering diderita oleh orang dewasa berumur lebih dari 55 tahun dan hampir tidak ada pada anak-anak.</li>
<li>Leukemia Mielositik Kronis (LMK). Sering terjadi pada orang dewasa.</li>
</ol>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
<strong></strong></div>
<a name='more'></a><strong>Kenali Gejalanya Lebih Cepat</strong><br />
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
<img align="left" alt="" class="pic" height="129" src="http://klikdokter.com/userfiles/transp_2.JPG" style="border: 0px; padding: 10px;" width="200" />Pada dasarnya gejala dan tanda leukemia muncul sebagai akibat dari bertambah banyaknya sel leukemia itu sendiri serta racun yang dikeluarkan oleh sel kanker. Racun yang dimaksud adalah sitokin seperti interleukin atau tumor necrosing factor (TNF). Sitokin berperan dalam memberikan gejala demam, berat badan turun, dan tidak napsu makan. Gejala lain yang dapat terjadi antara lain nyeri tulang, sakit kepala serta pembengkakan kelenjar getah bening yang biasa terlihat di ketiak atau leher. Tanda dan gejala tersebut lebih jelas terlihat pada pasien leukemia akut dibandingkan pada pasien leukemia kronik. Secara umum, terdapat beberapa gejala yang perlu dicermati oleh orangtua agar anak yang mengalami gejala leukemia dapat segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain:</div>
<ol style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px 0px 0px 18px; text-align: justify;">
<li>Lemah, pucat, mudah lelah, serta denyut jantung yang meningkat.</li>
<li>Sering mengalami demam dan sakit infeksi. Hal ini dikarenakan sel darah putih yang baik yang berguna sebagai pertahanan tubuh berkurang.</li>
<li>Tampak bintik-bintik merah, mimisan, biru-biru di beberapa bagian tubuh serta gusi yang sering berdarah.</li>
<li>Terkadang merasakan nyeri pada tulang.</li>
<li>Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau leher, pembesaran hati dan juga limpa.</li>
</ol>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
Gejala-gejala ini tidak selalu sama pada setiap individu dan juga tidak selalu timbul secara bersamaan.<br />
<br />
<strong>Pengobatan Secara Umum</strong></div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
<img align="left" alt="" class="pic" height="129" src="http://klikdokter.com/userfiles/transp_3.JPG" style="border: 0px; padding: 10px;" width="98" />Pengobatan leukemia berbeda-beda tergantung jenis dan stadiumnya. Pengobatan leukemia kronik tidak seagresif leukemia akut. Untuk pengobatan leukemia kronik, obat yang diberikan lebih sederhana dan dapat diberikan secara diminum. Tujuannya hanya untuk mengendalikan pertumbuhan sel kanker. Leukemia kronis dalam perjalanan penyakitnya dapat kambuh dan menjadi leukemia akut. Pada fase kambuh tersebut, pengobatan dilakukan sesua dengan terapi leukemia akut.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
Untuk pengobatan leukemia akut, bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker sampai habis. Pelaksanaanya secara bertahap dan terdiri dari beberapa siklus. Tahapannya adalah induksi (Awal), konsolidasi dan pemeliharaan. Tahap induksi bertujuan memusnahkan sel kanker secara progresif. Tahap konsolidasi untuk memberantas sisa sel kanker agar tercapai sembuh sempurna. Tahap pemeliharaan berguna untuk menjaga agar tidak kambuh. Terapi yang biasa dilakukan antara lain pemberian kemoterapi, radioterapi dan juga transplantasi sumsum tulang.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
<strong>Transplantasi SumSum Tulang</strong></div>
<div align="center" style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px;">
<strong><img alt="" class="pic" height="375" src="http://klikdokter.com/userfiles/transp_4.JPG" style="border: 0px; padding: 10px;" width="398" /></strong></div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang: sumsum merah (dikenal juga sebagai jaringan myeloid) dan sumsum kuning. Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar sel darah putih dihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum tulang yang rusak digantikan dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Transplantasi sumsum tulang dapat menggunakan sumsum tulang pasien sendiri yang masih sehat. Hal ini disebut transplantasi sumsum tulang autologus. Transplantasi sumsum tulang juga dapat diperoleh dari orang lain. Bila didapat dari kembar identik, dinamakan transplantasi syngeneic. Sedangkan bila didapat dari bukan kembar identik, misalnya dari saudara kandung, dinamakan transplantasi allogenik. Sekarang ini, transplantasi sumsum tulang paling sering dilakukan secara allogenik.<br />
<br />
Kenapa transplantasi sumsum tulang diperlukan dalam pengobatan Leukemia?<img align="right" alt="" class="pic" height="190" hspace="10" src="http://klikdokter.com/userfiles/transp_5.JPG" style="border: 0px; padding: 10px;" width="192" />Alasan utama dilakukannya adalah agar pasien tersebut dapat diberikan pengobatan dengan kemoterapi dosis tinggi dan atau terapi radiasi. untuk mengerti kenapa transplantasi sumsum tulang diperlukan, perlu mengerti pula bagaimana kemoterapi dan terapi radiasi bekerja. Kemoterapi dan terapi radiasi secara umum mempengaruhi sel yang membelah diri secara cepat. Mereka digunakan karena sel kanker membelah diri lebih cepat dibandingkan sel yang sehat. Namun, karena sel sumsum tulang juga membelah diri cukup sering, pengobatan dengan dosis tinggi dapat merusak sel-sel sumsum tulang tersebut. Tanpa sumsum tulang yang sehat, pasien tidak dapat memproduksi sel-sel darah yang diperlukan. Sumsum tulang sehat yang ditransplantasikan dapat mengembalikan kemampuan memproduksi sel-sel darah yang pasien perlukan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
Efek samping transplantasi sumsum tulang tetap ada, yaitu kemungkinan infeksi dan juga kemungkinan perdarahan karena pengobatan kanker dosis tinggi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan pemberian antibiotik ataupun transfusi darah untuk mencegah anemia. Apabila berhasil dilakukan transplantasi sumsum tulang, kemungkinan pasien sembuh sebesar 70-80%, tapi masih memungkinkan untuk kambuh lagi. Kalau tidak dilakukan transplantasi sumsum tulang, angka kesembuhan hanya 40-50%.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Arial, helvetica; font-size: 12px; text-align: justify;">
<a href="http://klikdokter.com/healthnewstopics/read/2008/06/17/82/transplantasi-sumsum-tulang-untuk-penderita-leukimia" target="_blank">Sumber</a></div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-13833498374741782192012-01-19T09:13:00.000+08:002012-01-19T09:13:01.058+08:00Labioplasty dan Vaginoplasty<div align="justify">
Labioplasty , atau biasa disebut labiaplasty, adalah
pelaksanaan operasi untuk meremajakan bibir vagina (labia). Pasien yang
ingin menjalani operasi labioplasty datang dengan 2 (dua) alasan:</div>
<ol>
<li>Alasan kosmetik:<br />
<div align="justify">
Beberapa merasa tidak bahagia dan malu saat
berhubungan seksual yang mempengaruhi kepercayaan dirinya. Bagaimanapun,
banyak juga wanita yang hanya menginginkan adanya perubahan pada organ
seksual luar: Mons Pubis (daerah lemak di bawah rambut organ vital) atau
labia eksternal/internal (bibir vagina). Kebanyakan pasien menjalani
labioplasty untuk mengurangi panjang bibir vaginanya.</div>
</li>
</ol>
<ol start="2" type="1">
<li>Alasan medis:<br />
<div align="justify">
Rasa tidak nyaman akibat bibir vagina yang
panjang, terutama saat berolahraga, melakukan hubungan seksual dan
mengenakan celana ketat.</div>
</li>
</ol>
<br />
<div align="justify">
<div align="center">
<img alt="" class="pic" height="267" src="http://klikdokter.com/userfiles/Peremajaan.JPG" width="280" /></div>
</div>
<strong><span style="font-size: x-small;">Siapa saja yang menjadi kandidat dilakukannya prosedur labioplasty?</span></strong><br />
<ul>
<li>
<div align="justify">
Jika Anda memiliki bibir vagina yang panjang atau menggantung</div>
</li>
<li>
<div align="justify">
Sebagai tambahan, pasien dengan lemak yang
tebal di bawah organ vital (bibir vagina) dapat juga dilakukan sedot
lemak (liposuction)</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
Operasi labioplasty seringkali ditemani dengan
vaginoplasty, disebut sebagai vaginal rejuvenation (peremajaan kembali
pada vagina). Vaginoplasty atau operasi peremajaan vagina merupakan
pelaksanaan operasi untuk memperbaiki kecacatan di vagina. Operasi
vaginoplasty meliputi “pengencangan” dan pembangunan kembali otot vagina
dan perineum.</div>
<strong><span style="font-size: x-small;">Siapa saja yang menjadi kandidat dilakukannya prosedur vaginoplasty?</span></strong><br />
<ul>
<li>Pembesaran diameter vagina</li>
<li>Sobeknya vagina akibat trauma, perkosaan, dan lain-lain</li>
<li>Pembentukan vagina tidak sempurna</li>
<li>Keruntuhan rahim, usus, kandung kemih, sebagian dinding vagina.</li>
<li>Sukar menahan air kecil saat batuk</li>
</ul>
<div align="justify">
Proses persalinan (terutama yang multiple),
penuaan, dan faktor genetik seringkali menyebabkan otot vagina meregang,
robek dan melemah. Diameter vagina membesar dan biasanya pasien merasa
kehilangan sensasi (dan kesenangan). Operasi vaginoplasty dan
labioplasty dapat mengembalikan kondisi vagina seperti saat sebelum
kehamilan, meningkatkan kontrol otot untuk berkontraksi dan meregang,
pada akhirnya mendatangkan kesenangan seksual untuk pasien (dan
pasangan).</div>
<strong><span style="font-size: x-small;">Teknik dan Prosedur </span></strong><br />
Vaginoplasty dan/atau labioplasty dapat dilakukan dengan dua teknik:<br />
<ul>
<li>Dengan menggunakan skalpel atau pisau bedah</li>
<li>Dengan menggunakan laser</li>
</ul>
<div align="justify">
Keduanya tidak memiliki perbedaan dalam prosedur. Selama operasi,
pasien dalam keadaan tidak sadar (menggunakan bius total). Kelebihan
bibir vagina dan mukosa vagina akan dipotong sehingga akan memperbaiki
bentuk vagina, sekaligus mengencangkan otot vagina dan jaringan lunak di
sekitarnya.<br />
<strong>Hasil Labioplasty dan vaginoplasty</strong><br />
</div>
<div align="center">
<img alt="" class="pic" height="251" src="http://klikdokter.com/userfiles/Peremajaan1.JPG" width="504" /></div>
<strong>Penyembuhan</strong><br />
Pasien akan merasa tidak nyaman pada daerah operasi
selama beberapa hari. Anda dapat kembali bekerja dalam 2-4 hari setelah
operasi, dan kembali berolahraga setelah 4 minggu. Penyembuhan sempurna
baru dicapai setelah 6 minggu, baru pasien dapat kembali aktif secara
seksual. Setelah menjalani operasi labioplasty ini, vagina akan terlihat
dan terasa normal karena luka operasi tersembunyi bersama lipatan kulit
normal. Sangat sulit membedakannya bahkan dalam jarak dekat sekalipun.
Tanpa ada bibir vagina yang menggantung dan menghalangi, sensasi yang
dirasakan juga akan meningkat.<br />
<a href="http://www.klikdokter.com/" target="_blank"><i><b>Sumber</b></i></a>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-59148536825163374262012-01-19T09:05:00.000+08:002012-01-19T09:05:55.613+08:00Para Pecandu Internet Memiliki Perubahan Pada Otaknya<a href="http://www.klikdokter.com/" target="_blank"><i><b>Sumber</b></i></a><br /><div style="text-align: justify;">
<a href="http://klikdokter.com/uploads/topic_article/Pecandu_Internet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://klikdokter.com/uploads/topic_article/Pecandu_Internet.jpg" width="213" /></a>Penelitian awal menunjukkan bahwa pecandu internet memiliki perubahan pada otak yang serupa dengan yang kecanduan pada narkoba atau alkohol. Para ahli di Cina melakukan scan otak terhadap 17 anak muda pecandu internet dan mereka menemukan gangguan dalam susunan otak dari para anak muda pecandu internet ini. Mereka mengatakan bahwa penemuan ini, yang diterbitkan dalam Plos One, bisa mengarahkan pada pengobatan baru untuk perilaku adiktif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kecanduan internet adalah gangguan klinis yang ditandai dengan penggunaan internet secara berlebihan. Sebuah tim peneliti dipimpin oleh Hao Lei dari Akademi Ilmu Pengetahuan di Wuhan, Cina, melakukan scan otak pada 35 pria dan wanita yang berusia antara 14 dan 21 tahun. Tujuh belas dari mereka yang diklasifikasikan sebagai yang memiliki gangguan kecanduan internet (IAD) berdasarkan menjawab “ya” untuk pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apakah Anda berulang kali gagal dalam melakukan upaya untuk mengontrol, mengurangi atau menghentikan penggunaan internet?" <br /><br />Scan otak MRI menunjukkan ada perubahan pada substansia alba (bagian yang mengandung serabut saraf) dari otak, pada mereka yang digolongkan sebagai pecandu internet, dibandingkan dengan yang non-pecandu. Ada bukti ditemukannya gangguan hubungan pada serat-serat saraf yang menghubungkan daerah-daerah otak yang terlibat dalam emosi, pengambilan keputusan, dan pengendalian diri. <br /><br />Hao Lei dr dan rekan-rekan, seperti dilansir dari BBCNewsHealth, Jum’at (13/01/2012), menulis dalam Plos One: "Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa IAD memiliki integritas substansia alba yang abnormal di daerah otak yang berpengaruh dalam menghasilkan dan mengolah emosi, perhatian eksekutif, pengambilan keputusan dan dalam mengontrol diri sendiri. "Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa IAD dapat berbagi mekanisme psikologis dan saraf dengan jenis lain dari substansi kecanduan dan gangguan kontrol impulsif." <br /><br />Prof Gunter Schumann, Kepala psikiatri biologis pada Institute of Psychiatry di King's College, London, mengatakan temuan serupa telah ditemukan pada pecandu video game. Dia mengatakan kepada BBC: "Untuk pertama kalinya dua studi menunjukkan perubahan dalam hubungan saraf antara daerah otak serta perubahan fungsi otak pada orang yang sering menggunakan internet atau video game." Mengomentari penelitian yang dilakukan oleh Cina, Dr Henrietta Bowden-Jones, konsultan psikiater dan dosen senior terhormat di Imperial College London, mengatakan penelitian itu adalah sebuah "terobosan". Dia menambahkan: "Kami akhirnya diberitahu apa yang para dokter duga pada beberapa waktu sekarang, bahwa kelainan substansia alba di korteks orbito-frontal dan wilayah lain otak yang benar-benar signifikan, tidak hanya hadir dalam kecanduan di mana zat-zat itu terkait, tetapi juga dalam perilaku seperti yang kecanduan internet." Dia mengatakan studi lebih lanjut dengan subyek yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.</div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0Denpasar, Indonesia-8.65629 115.222099-8.7818730000000009 115.0641705 -8.530707 115.3800275tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-48559512156612170792011-08-02T14:09:00.000+08:002011-08-02T14:09:40.112+08:00Rasio Adenoid Nasofaring<div style="text-align: justify;">
Rasio adenoid nasofaring dapat dihitung dengan rumus= A/N. Nilai A merupakan jarak dalam antara konveksitas maksimum bayangan adenoid dan garis lurus sepanjang tepi anterior basis oksipitus os oksipitalis (B). Nilai N merupakan jarak ataupun tepi posterior platum durum dengan tepi anterior sinkondrolis sefenobasis oksipitalis. Bila sikondrosis tidak jelas maka titik tersebut dicari dari titik potong tepi posterior inferior lamina pethrigoid lateral dan atap dari tulang yang membatasi nasofaring. ( Lusted, 1992).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHzZTprzog1_4zBT0fNWREgm21E_AKp8BsWPupa_DNeoeahPcLLTh324c7iZ3jEI1ajlIGNENSQtMQvRJOpOxUnDM4bU3GpHxotdOPmkD-kvsyFnj0KAXQqiXl4ujM7swx5wzTrXIkz8g/s1600/4.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHzZTprzog1_4zBT0fNWREgm21E_AKp8BsWPupa_DNeoeahPcLLTh324c7iZ3jEI1ajlIGNENSQtMQvRJOpOxUnDM4bU3GpHxotdOPmkD-kvsyFnj0KAXQqiXl4ujM7swx5wzTrXIkz8g/s320/4.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Keterangan Gambar : </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li>A : jarak antara konveksitas maksimum baayangan adenoid dengan garis lurus sepanjang tepi anterior basis oksipitus os oksipitalis. </li>
<li>B : garis lurus sepanjang tepi anterior basis oksipitus os oksipitalis.</li>
<li>N : jarak antara tepi posterior platum durum dengan tepi anterior <a name='more'></a>sinkondrolis sefenobasis oksipitalis.</li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAjTMdzMYveRThBUTITQdDCatIlFIH_tApgPZTSh33axHwbkFoome9Gkt_0SWBkGh36_q2xj4BIrWsTsbKPIcWExpapNU4_fzaI3FnzTguz8kVlElxIPPXH1EujcRf6v5LGjv8Z_8GmrY/s1600/5.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAjTMdzMYveRThBUTITQdDCatIlFIH_tApgPZTSh33axHwbkFoome9Gkt_0SWBkGh36_q2xj4BIrWsTsbKPIcWExpapNU4_fzaI3FnzTguz8kVlElxIPPXH1EujcRf6v5LGjv8Z_8GmrY/s640/5.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Keterangan : </div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li>rata-rata umur : rata-rata umur anak dalam tahun </li>
<li>rasio adenoid normal : besar rasio adenoid nasofarng normal </li>
<li>standar deviasi : standar deviasi, rentang normal</li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengetahui nilai rasio yang normal pada anak, dapat dihitung dengan rumus : </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>"Rasio Adenoid Normal ± SD</b>" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><u>Contoh : </u></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mendapatkan rasio adenoid pada anak usia 5 tahun, dapat dilihat dari Rata-rata umur pada table yaitu 4,6 tahun dan 5,6 tahun. Kemudian menggunakan rumus : Rasio Adenoid Normal ± SD. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Rasio adenoid pada rata-rata umur 4,6 = 0,588 <b>+</b> 0,1129 = <b>0,7009</b> , dan = 0,588 <b>–</b> 0,1129 = <b>0,4751</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Rasio adenoid pada rata-rata umur 5,6 = 0,586 + 0,1046 = <b>0,6906, </b>dan = 0,586 - 0,1046 = <b>0,4814</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi rasio adenoid pada anak usia 5 tahun berkisar antara <b>(0,4751 – 0,7009)</b> lebih dari nilai tersebut berarti rasio adenoid pada anak tersebut <b>tidak normal.</b></div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-78244873643243815352011-08-02T12:30:00.001+08:002011-08-02T14:15:39.752+08:00Fraktur Tulang Hidung<div style="text-align: justify;">
Fraktur hidung adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang (patah tulang) yang biasanya disebabkan benturan keras (<a href="http://www.healthresources.caremark.com/2007">http://www.healthresources.caremark.com/2007</a>).</div>
<div style="text-align: justify;">
Fraktur tulang hidung dapat mengakibatkan terhalangnya jalan pernafasan dan deformitas pada hidung. Jenis dan kerusakan yang timbul tergantung pada kekuatan, arah dan mekanismenya. Terdapat beberapa jenis fraktur hidung antara lain (Robinstein,2000) :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Fraktur lateral</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah kasus yang paling sering terjadi, dimana hanya terjadi pada salah satu sisi saja, kerusakan yang ditimbulkan tidak begitu parah.</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwzFxL7rPwrnhdEv1Mjf3J5i-f6n0LmfI3G9dgK2FXleQRgO4bjFF58SY79vPs2xVjCfyddG2c7-aNXGpqAQtRaMSEhDQll3F79NwMPzGhumdDH1xsTOdjOdZ5HjVlvBT5lMrh1TMv_vs/s1600/1.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwzFxL7rPwrnhdEv1Mjf3J5i-f6n0LmfI3G9dgK2FXleQRgO4bjFF58SY79vPs2xVjCfyddG2c7-aNXGpqAQtRaMSEhDQll3F79NwMPzGhumdDH1xsTOdjOdZ5HjVlvBT5lMrh1TMv_vs/s1600/1.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B. Fraktur bilateral</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Merupakan salah satu jenis fraktur yang juga paling sering terjadi selain fraktur lateral, biasanya disertai dislokasi septum nasal atau terputusnya tulang nasal dengan tulang maksilaris.</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik0CMAXi16Y7DERh6kOv80PJWHu_ms_IUxEgdJC1H0j3YDeL3bC2WQyPSdEdm1qsDwjCKWwI4CdI3aIQjoQFUx2YkPGPEex6bEKA079jGUSp4t_MpeX3LYhRv5m314PL8P-_ojCyMYjW0/s1600/2.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik0CMAXi16Y7DERh6kOv80PJWHu_ms_IUxEgdJC1H0j3YDeL3bC2WQyPSdEdm1qsDwjCKWwI4CdI3aIQjoQFUx2YkPGPEex6bEKA079jGUSp4t_MpeX3LYhRv5m314PL8P-_ojCyMYjW0/s1600/2.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>C. Fraktur <i>direct frontal</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Yaitu fraktur os nasal dan os frontal sehingga menyebabkan desakan dan pelebaran pada dorsum nasalis. Pada fraktur jenis ini pasien akan terganggu suaranya.</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMDg0hifDezr_VC5kgc3qOcJur0X4VX5GD4QxEA8uCshVcVLqd1c8W7G_-TF89WrPvT29Ya23-NlTzFMVgU3zCivVEVSpRcjWJOfMY5-Y3Gc6KpExiLEsprNswb4e5qkOo0xQ4nYZ686A/s1600/3.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMDg0hifDezr_VC5kgc3qOcJur0X4VX5GD4QxEA8uCshVcVLqd1c8W7G_-TF89WrPvT29Ya23-NlTzFMVgU3zCivVEVSpRcjWJOfMY5-Y3Gc6KpExiLEsprNswb4e5qkOo0xQ4nYZ686A/s1600/3.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>D. Fraktur <i>comminuted</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah fraktur kompleks yang terdiri dari beberapa fragmen. Fraktur ini akan menimbulkan deformitas dari hidung yang tampak jelas.</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX4w28yhaNJ45eVaMqc03jfQAd7aW88Y3hRFRtBkA1bTcJ3lw1eYOVnxHvreJKobFoSxfVs0Vjd6ZPJjvqi9-G1MAuOVv4QPOUrPhqv-ZhFsjH8iuBnAuYWPKRVjmxCn7a7YVb1WzMuJo/s1600/4.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX4w28yhaNJ45eVaMqc03jfQAd7aW88Y3hRFRtBkA1bTcJ3lw1eYOVnxHvreJKobFoSxfVs0Vjd6ZPJjvqi9-G1MAuOVv4QPOUrPhqv-ZhFsjH8iuBnAuYWPKRVjmxCn7a7YVb1WzMuJo/s320/4.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Fraktur pada tulang hidung dapat menimbulakan terjadinya gangguan-gangguan seperti<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
a. Epistaxis </div>
<div style="text-align: justify;">
b. Rhinitis </div>
<div style="text-align: justify;">
c. Nasal vestibular stenosis</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Septal hematoma</div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-86189052294745512332011-07-15T13:04:00.000+08:002011-08-02T13:05:00.446+08:00Anatomi Tulang Mandibula<div style="text-align: justify;">
<b>Tulang mandibula</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah (Pearce, 2002). Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke muka serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior korpus (Bajpai, 1991). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bagian – bagian mandibula, yaitu (Bajpai, 1991) :</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Korpus</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
1) Permukaan eksternus </div>
<div style="text-align: justify;">
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu linea oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan ke muka serta berakhir pada tuberkumum mentale di dekat garis tengah. Dan terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di <a name='more'></a>bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus mandibula. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2) Permukaan internus </div>
<div style="text-align: justify;">
Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari fossa submandibularis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
1) Pinggir atas (alveolaris) </div>
<div style="text-align: justify;">
Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing – masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan berkurangnya lebar corpus mandibula. </div>
<div style="text-align: justify;">
2) Pinggir bawah (basis) </div>
<div style="text-align: justify;">
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika yang merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari garis tengah. Merupakan origo dari venter anterior muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan platisma. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B. Ramus</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1) Permukaan eksternus (lateralis) </div>
<div style="text-align: justify;">
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang berhubungan dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio dari muskulus masseter. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2) Permukaan internus (medialis) </div>
<div style="text-align: justify;">
Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh darahnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li>Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.</li>
<li>Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.</li>
<li>Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan medialis dari glandula parotis.</li>
<li>Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama – sama membentuk basis mandibula</li>
</ol>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqu6IZ-MHHzBA0mZ47BqR6Z6jNIhm7X6MaKA2sO6xqKClh1r_R-5UP_e8irYdwPDXoeoh6zyLluUMmHYkbAvlY14ML0y7s_xpdECbf_5DgIzeWaRZZebIgIsWVtj7qnumENGT7aicMwks/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqu6IZ-MHHzBA0mZ47BqR6Z6jNIhm7X6MaKA2sO6xqKClh1r_R-5UP_e8irYdwPDXoeoh6zyLluUMmHYkbAvlY14ML0y7s_xpdECbf_5DgIzeWaRZZebIgIsWVtj7qnumENGT7aicMwks/s320/1.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0_PrYc1Z1t3DqByxlhyJslxLNmycHwGdLry5z15pXiDejRPFr0Op71WBGwCw_TNm3E-HSU2Bu64IN5N13DqjygrXkscrQVt1ec_9z96LRsZlG-WKkDdySXunM1oYW-5YJsVdLKy6ou60/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0_PrYc1Z1t3DqByxlhyJslxLNmycHwGdLry5z15pXiDejRPFr0Op71WBGwCw_TNm3E-HSU2Bu64IN5N13DqjygrXkscrQVt1ec_9z96LRsZlG-WKkDdySXunM1oYW-5YJsVdLKy6ou60/s400/3.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn8eZbrfIu1_HAwjickgFgOR06PzuQpo288xV76vJtC2_W_zR5urtXvXCze3S3Vindo1Wwr2y9iVSSdNxSsPfH5cMfNmi8Zxy11eM8i2uShyphenhyphenKLY07DwBG8BGBJiriEivpSn8d7OdLhWps/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn8eZbrfIu1_HAwjickgFgOR06PzuQpo288xV76vJtC2_W_zR5urtXvXCze3S3Vindo1Wwr2y9iVSSdNxSsPfH5cMfNmi8Zxy11eM8i2uShyphenhyphenKLY07DwBG8BGBJiriEivpSn8d7OdLhWps/s320/2.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-3815984393854720812011-06-17T13:49:00.001+08:002011-08-03T01:10:29.103+08:00Dasar Computed Radiography<div>
<a href="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRp9DZPDBJ2KCUd43eAx7S8fGAL56pIoRcJMfj7y3BEvILuyTzyMwWfK8s" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRp9DZPDBJ2KCUd43eAx7S8fGAL56pIoRcJMfj7y3BEvILuyTzyMwWfK8s" width="174" /></a><b>A. Pengertian Computed Radiography</b><br />
<br />
Computed Radiography adalah proses digitalisasi gambar yang menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk akusisi data gambar (Ballinger, 1999). Dalam Computed Radiography terdapat system komponen utama yaitu, Image Plate (IP), Image Reader, Image Console dan Imager. </div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1) Image Plate </div>
<div style="text-align: justify;">
Image plate merupakan lembaran yang dapat menangkap dan menyimpan sinar-x. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2) Image Reader </div>
<div style="text-align: justify;">
Merupakan alat untuk mengolah gambaran laten pada Imaging Plate (IP) menjadi data digital. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3) Image Console </div>
<div style="text-align: justify;">
Berfungsi sebagai pembaca dan pengolahan gambar yang diperoleh dari IP dengan menggunakan optoelectronic laser scanner (helium neon (He-Ne) 632,8 nM). Dilengkapi dengan preview monitor untuk melihat radiograf yang dihasilkan, apakah goyang, terpotong dll. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4) Imager </div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila foto dikehendaki untuk dicetak, maka gambar <br />
<a name='more'></a>dapat dikirim ke bagian imager untuk dicetak sesuai kebutuhan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Media penerimaan gambar pada Computed Radiography adalah IP, yaitu sebagai pengganti kaset yang berisi film-screen (Ballinger, 1999). Secara ringkas proses produksi gambar digital pada Computed Radiography adalah sebagai berikut : </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imaging Plate (IP) diekspose dengan sinar-x, maka akan terbentuk bayangan laten pada IP. IP yang telah diekspose ini dimasukkan pada Image Plate Reader. IP kemudian di scan dengan helium-neon laser (emisi cahaya merah) sehingga kristal pada IP menghasilkan cahaya biru. Cahaya ini kemudian dideteksi oleh photosensor dan dikirim melalui Analog Digital Converter ke computer untuk diproses. Setelah gambar diperoleh, IP ditransfer ke bagian lain dari Imaging Plate Reader untuk dihapus agar IP tersebut dapat digunakan kembali. Gambar yang telah discan kemudian dimasukkan ke dalam komputer untuk diproses lalu ditampilkan pada monitor atau film (Ballinger, 1999). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>B. Keuntungan dan Keterbatasan Computed Radiography</b></div>
<div style="text-align: justify;">
1) Keuntungan Computed Radiography </div>
<div style="text-align: justify;">
Computed Radiography mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan radiografi konvensial, antara lain :</div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li>Angka pengulangan yang lebih rendah karena kesalahan-kesalahan faktor teknis. </li>
<li>Resolusi kontras yang lebih tinggi dan latitude eksposi yang lebih luas dibandingkan emulsi film radiografi.</li>
<li>Tidak memerlukan kamar gelap atau biaya untuk film ( jika gambar tidak ditampilkan dalam hard copy).</li>
<li>Kualitas gambar dapat ditingkatkan. </li>
<li>Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hard copy maupun penyimpanan elektronik. ( Papp, 2006). </li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify;">
2) Keterbatasan Computed Radiography </div>
<div style="text-align: justify;">
Keterbatasan dari Computed Radiography antara lain : </div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li>Biaya yang cukup tinggi untuk IP, unit CR reader, hardware dan software untuk workstation. </li>
<li>Resolusi spatial rendah. </li>
<li>Pasien potensial untuk menerima radiasi yang overexposed. Computed Radiography (CR) dapat mengkompensasi overeksposure, sehingga radiografer terkadang member eksposi yang berlebih pada pasien. </li>
<li>Adanya artefak pada gambar akibat proses penghapusan IP yang kurang baik. ( Papp, 2006).</li>
</ol>
</div>
</div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-39308212418998165412011-05-18T11:31:00.042+08:002012-07-04T03:30:43.901+08:00Teknik Radiografi Nasal Bone (II)<div style="text-align: justify;">
<b>1. Pendahuluan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Teknik radiografi soft tissue dapat diaplikasikan pada seluruh tubuh termasuk jaringan superficial, kecuali pada tulang. Teknik ini membutuhkan eksposi yang berbeda dari teknik radiografi biasa dilaksanakan pada umumnya. Teknik ini akan menghasilkan densitas dan kontras jaringan yang rendah dengan berbagai perubahan yang terjadi Pemilihan kVp dalam teknik radiografi soft tissue sebaiknya bervariasi dalam kondisi penyinaran yang rendah. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan perbedaan kontras jaringan dari yang rendah sampai yang tinggi seperti tulang, udara yang memiliki berbagai tingkatan. Eksposi yang mencukupi merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa struktur organ yang diperiksa dapat direkam dengan kontras yang baik (Clark, 1974).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b>2. Persiapan Pemeriksaan Tulang Hidung</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Persiapan pada pemeriksaan tulang hidung dibagi menjadi dua macam yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
A. Persiapan Pasien </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pemeriksaan radiografi tulang hidung tidak memerlukan persiapan khusus, cuma membebaskan semua logam, plastik dan semua objek lain dipindahkan dari kepala (Bontrager, 2001).</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
B. Persiapan alat dan bahan</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;">Pesawat sinar-X siap pakai dengan bucky table </li>
<li style="text-align: justify;">Kaset yang dilengkapi screen ukuran 18 x 24 cm </li>
<li style="text-align: justify;">Marker R / L </li>
<li style="text-align: justify;">Prosesing film </li>
<li style="text-align: justify;">Film occlusal ukuran 6x7 cm (Ballinger 1995). </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Proyeksi Radiograf Tulang Hidung</b> </div>
</div>
<div>
<b>A. Proyeksi Lateral</b> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Pasien semi prone diatas meja pemeriksaan <a name='more'></a>dengan kepala dan kaki diatur dalam posisi yang nyaman. </li>
<li>Tempelkan bagian lateral dari kepala pada meja pemeriksaan, pastikan objek yang diperiksa masuk pada kaset.</li>
<li>Posisikan tulang hidung di tengah kaset, pastikan kepala dalam posisi true lateral serta untuk kenyamanan posisikan tubuh dalam posisi oblik. Bila perlu letakkan soft bag di bawah dagu, pastikan MSP (Mid Sagital Plane) paralel dengan meja pemeriksaan. Interpupilary line tegak lurus dengan memposisikan infra orbita meatal line tegak lurus di depan kaset. </li>
<li>Arah sinar tegak lurus terhadap kaset. </li>
<li>Titik bidik ½ inchi (1,25 cm) di bawah nasion. </li>
<li>Jarak focus ke film 100 cm, eksposi saat diam. </li>
<li>Kriteria : tampak bayangan dengan struktur soft tissue, tampak sutura nasofrontal dan tampak anterior nasal spine </li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY2WqFdJvhzp-tjRqjWN96hEXMVf8fWlXdabMW_U4ml6YVXmer_B30vYqYEPNTMHN3iax8Rk1U6zeQs3o45T_hSAW2ZN3uRb88IeEBFA-uLShbS8heW-sndk1aRr4Vqhjr9FCsYCW_7r8/s1600/a.jpg"></a></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY2WqFdJvhzp-tjRqjWN96hEXMVf8fWlXdabMW_U4ml6YVXmer_B30vYqYEPNTMHN3iax8Rk1U6zeQs3o45T_hSAW2ZN3uRb88IeEBFA-uLShbS8heW-sndk1aRr4Vqhjr9FCsYCW_7r8/s1600/a.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY2WqFdJvhzp-tjRqjWN96hEXMVf8fWlXdabMW_U4ml6YVXmer_B30vYqYEPNTMHN3iax8Rk1U6zeQs3o45T_hSAW2ZN3uRb88IeEBFA-uLShbS8heW-sndk1aRr4Vqhjr9FCsYCW_7r8/s320/a.jpg" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>B. Proyeksi Parietoacanthial (Metode Waters)</b></div>
<div>
<ul>
<li>Pasien prone diatas meja pemeriksaan dengan kepala dan kaki diatur dalam posisi yang nyaman. Ekstensikan kepala, posisikan dagu dan hidung menempel pada meja pemeriksaan. </li>
<li>Posisikan kepala sampai lips-meatal line (LML) tegak lurus, orbito meatal line (OML) membentuk sudut 55º dengan image reseptor. Posisikan Mid sagital Plane (MSP) tegak lurus pada pertengahan grid atau meja pemeriksaan, pastikan tidak ada rotasi atau kemiringan dari kepala. </li>
<li>Arah sinar tegak lurus dipusatkan keluar pada acantion. </li>
<li>Jarak focus ke film 100 cm. kolimasikan 1 inchi (2,5 cm) pada tulang wajah. </li>
<li>Kriteria : proyeksi parietoacanthial (waters method) dapat menampakkan bony nasal septum, tulang petrom. </li>
</ul>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_HsWjsi0_2G8ttMkbDPLVKYlZ4oWJ6ghI_igAHgvt75rd9O1x2pfS_rOonlMDlKNrzY4mGM5evkLd81mai5-fBH1L9dwk3IFHGWTCKKvbIwi-Qg42Zdxp_xjDMBBVkco3R0JSk7vvCDY/s1600/5.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_HsWjsi0_2G8ttMkbDPLVKYlZ4oWJ6ghI_igAHgvt75rd9O1x2pfS_rOonlMDlKNrzY4mGM5evkLd81mai5-fBH1L9dwk3IFHGWTCKKvbIwi-Qg42Zdxp_xjDMBBVkco3R0JSk7vvCDY/s320/5.jpg" /></a></div>
<div>
<b>C. Proyeksi Superoinferior Tangential (Axial)</b> </div>
<div>
<ul>
<li>Posisi pasien duduk tegak diatas kursi dan bersandar di atas meja pemeriksaan atau tidur prone diatas meja pemeriksaan. Letakkan dagu diatas kaset dan atur sudut kaset yang tepat di bawah dagu. </li>
<li>Pastikan kaset tegak lurus dengan Glabella Alveolar Line (GAL). Mid Sagital Plane (MSP) kepala tegak lurus terhadap arah sinar dan garis tengah kaset. </li>
<li>Arah sinar dipusatkan pada hidung dan sudutkan dengan tepat agar paralel dengan Glabella Alveolar Line (GAL). Titik bidik menuju glabela menuju gigi atas bagian depan. </li>
<li>Jarak fokus ke film 100 cm. </li>
<li>Kriteria : tampak tulang nasal bagian tengah dan distal dalam posisi tangensial (tampak sedikit superposisi dengan glabela atau alveolar ridge) dan tampak soft tissue hidung.</li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghJfuOK1gke6YfaIGsYt5LIK6r5S-BxuC6_qGzaHx-j4ndWg6M_fr1AP6JjxipHpSHiE3Pogwk2hinlJBn5Kzkmu44XnntOUx070-tU8kIoUQ5IqWm3CYi9igr4U4X-HRkIWfDzWk5FZM/s1600/6.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghJfuOK1gke6YfaIGsYt5LIK6r5S-BxuC6_qGzaHx-j4ndWg6M_fr1AP6JjxipHpSHiE3Pogwk2hinlJBn5Kzkmu44XnntOUx070-tU8kIoUQ5IqWm3CYi9igr4U4X-HRkIWfDzWk5FZM/s320/6.jpg" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh5Y9oiHzTgDFN_Lw2_6xEs9QQfwwJcVHc8UGV1zhlJBvueK99ZsCESbr4BiiWRfHvw1fNSMrl46jsRhtt7g2BHRpeYIISBDzGOUkYwjgz5omAUTMgUiah7-wJcbK5cLH4NrwACYvVhaU/s1600/7.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh5Y9oiHzTgDFN_Lw2_6xEs9QQfwwJcVHc8UGV1zhlJBvueK99ZsCESbr4BiiWRfHvw1fNSMrl46jsRhtt7g2BHRpeYIISBDzGOUkYwjgz5omAUTMgUiah7-wJcbK5cLH4NrwACYvVhaU/s320/7.jpg" /></a></div>
<div>
<b>D. Proyeksi Lateral Dengan Film Occlusal</b> </div>
<div>
<ul>
<li>Penderita semi prone diatas meja pemeriksaan dengan tangan dan kaki diatur dalam posisi yang nyaman. Kepala penderita diatur sehingga Mid Sagital Plane kepala paralel terhadap meja pemeriksaan dan interpupilary line tegak lurus terhadap meja pemeriksaan. </li>
<li>Mengatur film occlusal diatas spon diletakkan di sudut bawah supra orbital. Sudut-sudut film dibuat tidak tajam, sehingga dapat diletakkan tanpa mengganggu kenyamanan penderita. Sudut pinggir film diletakkan pada sisi hidung pada inner canthus dan tekan bagian atas film sehingga paralel terhadap Mid Sagital Plane (MSP) kepala. </li>
<li>Arah sinar vertikal tegak lurus kaset dengan titik bidik pada pada 0,25 inchi atau 1,9 cm dari distal nasion menuju tengah film, jarak focus ke film 90 cm dan eksposi saat penderita diam.</li>
<li>Kriteria : tampak gambaran lateral tulang hidung dan jaringan lunak tanpa ada rotasi, tampak spina nasalis anterior dan sutura fronto hidung.</li>
</ul>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGSlCANsj1TPhciQrmuLOFwvOHiJf9x9DmKK_lZISW3C5iqdFASEYlDyko_ap0ip6WuTDpOtViBWkKemiv_rwHVXOdUZ73fYtTnrWvOKau2EXDZFu_JmlYpyDjFLVvMHnnZMyfIBenTsU/s1600/8.jpg"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGSlCANsj1TPhciQrmuLOFwvOHiJf9x9DmKK_lZISW3C5iqdFASEYlDyko_ap0ip6WuTDpOtViBWkKemiv_rwHVXOdUZ73fYtTnrWvOKau2EXDZFu_JmlYpyDjFLVvMHnnZMyfIBenTsU/s400/8.jpg" width="210" /></a></div>
<b>E. Tangensial Intra Oral</b></div>
<div>
<ul>
<li>Penderita duduk di atas meja pemeriksaan. Kepala penderita diatur sehingga Mid Sagital Plane (MSP) dan Glabello Alveolar Line dalam posisi vertikal. Film occlusal dimasukkan dalam mulut penderita kurang lebih 1 inchi atau 2,5 cm, kemudian mengatur glabelo alveolar line tegak lurus terhadap film. </li>
<li>Penderita disuruh mengatupkan bibir dan gigi sehingga film terfiksasi. </li>
<li>Arah sinar horizontal tegak lurus terhadap film dengan titik bidik pada glabelo alveolar line menuju tengah film. Jarak focus ke film 100 cm , eksposi saat diam. </li>
<li>Kriteria : tampak gambaran tulang hidung sedikit superposisi dengan tulang frontal dan gigi atas.</li>
</ul>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyqk4xCDTGXI9mOElsKnvdc7Y-DPaI3kxFvru8Eo6xEj98y41VpoTGoryN-tCIsCFGAA7FXRBQZQTq658R2TzjslDWjJYt7hDV5oMy4n929cE0tH5BMAiAjGTLuEqn_gVMmhDBGPPpZMk/s1600/9.jpg"><span class="Apple-style-span" style="color: black;"></span></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyqk4xCDTGXI9mOElsKnvdc7Y-DPaI3kxFvru8Eo6xEj98y41VpoTGoryN-tCIsCFGAA7FXRBQZQTq658R2TzjslDWjJYt7hDV5oMy4n929cE0tH5BMAiAjGTLuEqn_gVMmhDBGPPpZMk/s1600/9.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyqk4xCDTGXI9mOElsKnvdc7Y-DPaI3kxFvru8Eo6xEj98y41VpoTGoryN-tCIsCFGAA7FXRBQZQTq658R2TzjslDWjJYt7hDV5oMy4n929cE0tH5BMAiAjGTLuEqn_gVMmhDBGPPpZMk/s1600/9.jpg" /></a><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg91WtmYldBoJ8M3nOdQEZxF4PDAgi_KQzQ6GazdC23kPZuLUtXTbpbM86hq-Wb1pKdMqyyWDefp80YCI5JIxAdjZ8iYddpWSTpBTRzcY67x7aVaYwcbOH0uI-tERUort5l6K5Uqg0myeg/s1600/10.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg91WtmYldBoJ8M3nOdQEZxF4PDAgi_KQzQ6GazdC23kPZuLUtXTbpbM86hq-Wb1pKdMqyyWDefp80YCI5JIxAdjZ8iYddpWSTpBTRzcY67x7aVaYwcbOH0uI-tERUort5l6K5Uqg0myeg/s1600/10.jpg" /></a></span></div>
</div>
</div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-62528511243390817412011-04-13T10:59:00.000+08:002011-08-02T11:01:24.565+08:00Anatomi dan Fisiologi Hidung<div style="text-align: justify;">
<b>Anatomi Hidung</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang dipisahkan oleh sekat hidung. Bagian luar dinding hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan konka hidung (konka nasalis) (Syaifuddin, 1995).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOExNS_ihnxG74Iz54lcPMsHkwJuCs36PFR-O1_5qVpVurHj82rXaSFsnwej6zShElm_QMgcWibBSjYJlPPWEXhCKpNMUXXeACcAFnF2yPoKjcRwjjcYyvE2wR2bSxNf3Jjd506Y7khqc/s1600/1.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOExNS_ihnxG74Iz54lcPMsHkwJuCs36PFR-O1_5qVpVurHj82rXaSFsnwej6zShElm_QMgcWibBSjYJlPPWEXhCKpNMUXXeACcAFnF2yPoKjcRwjjcYyvE2wR2bSxNf3Jjd506Y7khqc/s1600/1.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Gambar 1. Kerangka luar hidung (Ballenger, 1994) </div>
<div style="text-align: justify;">
Keterangan : </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kartilago lateralis superior </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Septum </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Kartilago lateralis inferior </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Kartilago alar minor </div>
<div style="text-align: justify;">
5. Processus frontalis tulang maksila </div>
<div style="text-align: justify;">
6. Tulang hidung</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada gambar 1 tampak kerangka luar hidung yang terdiri dari dua tulang hidung, processus frontal tulang maksila, kartilago lateralis superior, sepasang kartilago lateralis inferior dan tepi anterior kartilago septum nasi. Tepi medial kartilago lateralis superior menyatu dengan kartilago septum nasi dan tepi atas melekat erat dengan permukaan bawah tulang hidung serta processus frontal tulang maksila. Tepi bawah kartilago lateralis superior terletak di bawah tepi atas kartilago lateralis inferior. Hidung berbentuk piramid, kira-kira dua per lima bagian atasnya terdiri dari tulang dan tiga per lima dibawahnya tulang rawan. <br />
<a name='more'></a>Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks, agak ke atas dan belakang dari apeks disebut batang hidung atau dorsum nasi, yang berlanjut sampai ke pangkal hidung dan menyatu dengan dahi, yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu di posterior bagian tengah bibir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung (Ballenger, 1994).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dasar hidung dibentuk oleh processus palatina (1/2 bagian posterior) yang merupakan permukaan atas lempeng tulang tersebut (Bajpai, 1991)</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuEQtd22zs36y7fiA6JMoUZMaF276OJ6901j-mOu69g4h_f_2UAv2ytUwgKwN6qGpJvQ0vRUn8OaRx-nclH9zRLrTQ0Z1CEpO_7ayvXyGni5SaKTVstL1xODDhVjMoSUoa3FytGBIk_K8/s1600/2.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuEQtd22zs36y7fiA6JMoUZMaF276OJ6901j-mOu69g4h_f_2UAv2ytUwgKwN6qGpJvQ0vRUn8OaRx-nclH9zRLrTQ0Z1CEpO_7ayvXyGni5SaKTVstL1xODDhVjMoSUoa3FytGBIk_K8/s1600/2.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Gambar 2. Rongga hidung pandangan bawah (Ballenger, 1994) </div>
<div style="text-align: justify;">
Keterangan : </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kartilago alar </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Medial crus </div>
<div style="text-align: justify;">
b. Lateral crus </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Spins hidungis anterior </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Fibro aleolar </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Kartilago septal</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Sutura intermaksilaris</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tulang tengkorak, lubang hidung yang berbentuk segitiga disebut apertura piriformis. Tepi latero superior dibentuk oleh kedua tulang hidung dan processus frontal tulang maksila. Pada gambar dua memperlihatkan tonjolan di garis tengah hidung yang disebut spina hidungis anterior. Bagian hidung bawah yang dapat digerakkan terdiri dari dua tulang alar (lateral inferior) dan kadang-kadang ada tulang sesamoid di lateral atas. Tulang rawan ini melengkung sehingga membuat bentuk nares. Kedua krus medial dipertemukan di garis tengah oleh jaringan ikat dan permukaan bawah septum oleh kulit. Di dekat garis tengah, krus lateral sedikit sedikit tumpang tindih dengan kartilago lateralis superior. Krus medial saling terikat longgar dengan sesamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa tulang rawan lepas, kecil-kecil (kartilago alar minor) sering ditemukan di sebelah lateral atau di atas krus lateral. Kulit yang membungkus hidung luar tipis dan mengandung jaringan sub kutan yang bersifat areolar (Ballenger, 1994). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tulang hidung merupakan tulang yang rata, yang satu dengan yang lain bersendi di garis tengah menuju jembatan hidung, masing-masing tulang berbentuk empat persegi panjang yang mempunyai dua permukaan dan empat pinggir (Bajpai, 1991). Nares anterior menghubungkan rongga hidung dengan dunia luar. Nares anterior lebih kecil dibandingkan dengan nares posterior yang berukuran kira-kira tinggi 2,5 cm dan lebar 1,25 cm (Ballenger, 1994).</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEindVBanpiJwby6_sH2k-Las5CK6b15RU2I3ia_cdasK4Zoz7hj2y7oemNqLGI78wE414zPtzQH4gAGeqK_bMi1ujqODdoORUvndn5tUZMKiWrIsDMLFd2O0eVh2tzh_p5JAgETSbBPulc/s1600/3.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEindVBanpiJwby6_sH2k-Las5CK6b15RU2I3ia_cdasK4Zoz7hj2y7oemNqLGI78wE414zPtzQH4gAGeqK_bMi1ujqODdoORUvndn5tUZMKiWrIsDMLFd2O0eVh2tzh_p5JAgETSbBPulc/s1600/3.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Gambar 3. Permukaan medialis tulang hidung kiri (Bajpai, 1991) </div>
<div style="text-align: justify;">
Keterangan : </div>
<div style="text-align: justify;">
1.Pinggir superior </div>
<div style="text-align: justify;">
2.Pinggir medialis dan krista maksilaris </div>
<div style="text-align: justify;">
3.Foramen vaskuler </div>
<div style="text-align: justify;">
4.Sulkus untuk nervus ethmoidalis</div>
<div style="text-align: justify;">
5.Pinggir lateral</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Permukaan eksternus sedikit cembung dan terdapat foramen vaskuler yang dilalui oleh sebuah vena kacil dari hidung. Sebagaimana gambar 3 terlihat permukaan internus yang sedikit cekung dalam bidang transversal dan terdapat sebuah alur tegak lurus untuk dilalui oleh nervus ethmoidalis anterior serta pembuluh-pembuluh darahnya. Pinggir superior merupakan pinggir yang paling tebal, tetapi sedikit lebih pendek daripada pinggir inferior dan bersendi dengan bagian medialis incisura hidungis tulang frontal. Pinggir lateralis bersendi dengan processus frontalis tulang maksila dan pinggir medialis membentuk sutura interhidungis, bersendi dengan tulang yang sama dari sisi yang berlawanan.tulang hidung ini berkembang dari penulangan membranosa dengan satu pusat primer yang tampak pada umur 12 minggu dari kehidupan intrauterin (Bajpai,1991). Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, tulang hidung, processus tulang maksila, korpus tulang ethmoid dan korpus tulang sphenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribosa yang dilalui filamen-filamen nervus olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius yang berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior (Ballenger, 1994).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4SuJ5en5VW1wROOiCCHddU-AMcbPAZhpJL9Z_rea_jMh66m_F0PKW_AGxRtzd5dA3ZAxGwn3t0xmv52Oqk1zOetOHAI_GvYDw10b-WTac9BsOZSXwIoU6TiCP1XrlodpXm9hOuUSr8UM/s1600/4.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4SuJ5en5VW1wROOiCCHddU-AMcbPAZhpJL9Z_rea_jMh66m_F0PKW_AGxRtzd5dA3ZAxGwn3t0xmv52Oqk1zOetOHAI_GvYDw10b-WTac9BsOZSXwIoU6TiCP1XrlodpXm9hOuUSr8UM/s1600/4.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Gambar 4. Septum nasi tanpa mukosa (Ballenger,1994) </div>
<div style="text-align: justify;">
Keterangan : </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Tulang frontal </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Spina frontalis </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Tulang hidung </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Kartilago septalis </div>
<div style="text-align: justify;">
5. Kartilago lateralis superior </div>
<div style="text-align: justify;">
6. Kartilago alar </div>
<div style="text-align: justify;">
7. Kartilago vomerohidung </div>
<div style="text-align: justify;">
8. Spina hidungis anterior </div>
<div style="text-align: justify;">
9. Incisura canal </div>
<div style="text-align: justify;">
10. Lamina perpendikularis tulang ethmoid </div>
<div style="text-align: justify;">
11. Sinus spenoid </div>
<div style="text-align: justify;">
12. Tulang vomer </div>
<div style="text-align: justify;">
13. Krista palatum</div>
<div style="text-align: justify;">
14. Krista maksila</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana terlihat pada gambar 4 diatas bahwa septum (dinding medial) dibentuk oleh tulang vomer di sebelah postero superior. Kartilago septalis terletak di sebelah anterior di dalam angulus internus diantara tulang vomer dan lamina perpendikularis. Krista tulang hidung di sebelah antero superior, rostrum dan krista os spenoidalis di sebelah postero superior, sedangkan krista hidungis maksila serta os palatum berada disepanjang dasar hidung (Bajpai, 1991). Tepi bawah artikulasio kartilago quadrilateral dengan spina maksilaris dan tulang vomer terdapat dua kartilago lain yang dikenal dengan kartilago vomero hidung. Septum dilapisi oleh perichondrium yang merupakan kartilago dan periosteum yang merupakan tulang, sedangkan di bagian luarnya oleh mukosa membran (Hall, 1979). Bagian atas dari tulang rawan hidung terdiri dari dua kartilago lateralis inferior (kartilago alar) yang bentuknya bervariasi (Ballenger, 1994). Kavum nasi meluas dari nares sampai di belakang khoana. Bagian ini dibagi menjadi dua bagian atau dua fossa hidungis oleh septum nasi yang dibentuk oleh atap rongga terdiri dari processus palatina horisontalis di bagian posterior (Meschan, 1959). Kavum nasi dibagi oleh septum nasi menjadi dua ruang yang mempunyai struktur anatomis hampir sama tetapi tidak simetris (Hall, 1979). Dinding lateral terdapat suatu tonjolan yang disebut sebagai konka yang di atasnya terdapat suatu celah disebut meatus. Ada tiga buah konka atau turbinatus yaitu konka inferior, konka media, dan konka superior. Konka inferior terdiri dari tulang yang menahan dinding lateral kavum nasi. Konka media dan konka superior merupakan bagian dari tulang ethmoid. Konka dilapisi oleh suatu mukosa membranosa dan ephitelium bersilia. Di bawah mukosa terdapat jaringan erectile, terutama pada bagian anterior dan posterior dari tepi konka inferior, bawah konka inferior dan tepi anterior konka media (Hall, 1979). Selain tiga buah konka diatas, kadang-kadang terdapat konka ke empat (konka suprema) yang teratas (Ballenger,1994). Konka hidungis suprema atau konka ke empat terletak pada permukaan tulang ethmoidalis daitas dan dibelakang konka hidungis superior (Bajpai, 1991).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Fungsi Hidung</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Alat Penciuman</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Nervus olfaktorius atau saraf kranial melayani ujung organ pencium. Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lender hidung, yang dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil, adalah bagian yang berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang ethmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung, hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak, dimana perasaan itu ditafsirkan (Pearce, 2002). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Saluran Pernapasan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lender semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Diatas septum nasalis dan konka selaput lender ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epithelium pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan arena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya maka udara menjadi hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lender menjadi lembab (Pearce, 2002). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Resonator</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ruang atas rongga untuk resonansi suara yang dihasilkan laring, agar memenuhi keinginan menjadi suara hidung yang diperlukan. Bila ada gangguan resonansi, maka udara menjadi sengau yang disebut nasolalia (Bambang, 1991). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4 Regulator atau Pengatur (Bambang, 1991)</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
Konka adalah bangunan di rongga hidung yang berfungsi untuk mengatur udara yang masuk, suhu udara dan kelembaban udara. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Protektor Atau Perlindungan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidung untuk perlindungan dan pencegahan (terutama partikel debu) ditangkap oleh rambut untuk pertikel yang lebih kecil, bakteri dan lain-lain melekat pada mukosa. Silia selanjutnya membawa kebelakang nasofaring, kemudian ditelan (Bambang, 1991).</div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-13946331645866886382011-03-04T17:12:00.001+08:002011-03-06T11:55:05.461+08:00Dasar-Dasar Mamography<b>Pengertian</b><br />
Pengertian mamografi adalah merupakan pemeriksaan secara radiagrafis dari kelenjar payudara untuk mendeteksi secara dini semua kelainan yang ada pada payudara bahkan sampai pada kemungkinan untuk membedakan tumor yang bersifat ganas dan tidak ganas ( Pearce, 1999 ). <div><br />
</div><div>Unit rontgen yang dirancang khusus untuk mamografi, meliputi faktor: <br />
<b>1. Kapasitas pesawat</b> </div><div>Biasanya pesawat mamografi dibuat dengan tegangan antara 25 – 35 Kvp: </div><div><ul><li>Ukuran fokus dari pesawat mamografi bervariasi antara 0,1 mm X 0,1 mm. Ukuran fokus kecil diperlukan untuk mendapatkan ketajaman yang baik dari organ. </li>
<li>Pembatas sinar </li>
<ul><li>Pembatas sinar pada pesawat mamografi berupa konus yang dapat diganti-ganti sesuai dengan besarnya ukuran payudara. </li>
</ul><li>Filter </li>
<ul><li>Filter pada pesawat mamografi dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas berkas yang sesuai dengan keperluan, sehingga sinar-X yang mengenai film akan diserap oleh filter, sebab apabila tidak diserap sinarnya akan menambah beban radiasi penderita,. Filter yang digunakkan adalah molybdenum. </li>
</ul><li>Alat kompresi </li>
<ul><li>Alat kompresi ini dimaksudkan untuk menghilangkan kerutan-kerutan pada kulit, menahan bagian payudara agar tidak bergerak dan <a name='more'></a>untuk mendapatkan penampang payudara yang lebih luas. Alat tersebut dibuat dari bahan yang homogen intensitasnya dan transparan sehingga tidak memberikan bayangan yang mengganggu gambar. </li>
</ul><li>Grid </li>
<ul><li>Untuk menyaring sinar hambar maka diantara obyek dan film ditempatkan grid dengan ratio 3,5</li>
<li>Untuk mamografi menggunakan grid yang bergerak (bucky) yang pergerakannya sudah diatur secara tersendiri oleh rangkaian pesawat tersebut. </li>
</ul><li>Film </li>
<ul><li>Film yang digunakan dalam mamografi biasanya tanpa lembaran penguat dengan emulsi tunggal. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kontras dan detail yang tinggi dalam radiograf. </li>
<ul><li>Low speed film : 2000 mAS </li>
<li>Intermediate non screen film : 500 mAS </li>
<li>Conventional non screen film : 200 mAS </li>
</ul></ul></ul><b>2. Teknik pemotretan</b><br />
<ul><li>Proyeksi supero inferior (cranio caudal) </li>
<ul><li>Tujuannya: memperlihatkan struktur jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pandangan supero inferior. </li>
</ul><li>Proyeksi medio lateral</li>
<ul><li>Tujuannya: memperlihatkan struktur payudara terutama daerah lateral. </li>
</ul><li>Proyeksi latero medial </li>
<ul><li>Tujuannya: memperlihatkan struktur payudara dengan jelas terutama pada daerah medial. </li>
</ul><li>Proyeksi aksila </li>
<ul><li>Tujuannya: untuk memperlihatkan kelenjar limfe aksila. </li>
</ul><li>Proyeksi medio lateral oblik </li>
<ul><li>Tujuannya: untuk memperlihatkan gambaran oblik struktur payudara dan sebagian dari axilla.</li>
</ul></ul><div><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBh8I0_4Ri36sPihEeR3nIFwQLEmR6R8kGvoptLjOzkm9jeWBOcX98dBiwWHZeVc_u42oZovm9QMkEUvGrV3VLQ1uYCQBpLs3k8NOWPWN5SK2E17f38NKIHsUTo7G2_8oi46vSc7WY3J0/s1600/e.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBh8I0_4Ri36sPihEeR3nIFwQLEmR6R8kGvoptLjOzkm9jeWBOcX98dBiwWHZeVc_u42oZovm9QMkEUvGrV3VLQ1uYCQBpLs3k8NOWPWN5SK2E17f38NKIHsUTo7G2_8oi46vSc7WY3J0/s320/e.jpg" width="320" /></a></div></div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-61405193130518490932011-02-14T13:36:00.000+08:002011-08-02T13:37:27.757+08:00Anatomi & Fisiologi Kelenjar Adenoid<div style="text-align: justify;">
<b>1. Anatomi</b></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Adenoid adalah kelompok jaringan limfoid yang terletak pada atap dan dinding posterior nasofaring (Ballinger, 1999). Nasofaring berada di belakang bawah dari soft palate dan hard palate. Bagian atas dari hard palate merupakan atap dari nasofaring. Anterior nasofaring merupakan perluasan rongga hidung posterior. Menggantung dari aspek posterior soft palate adalah uvula. Pada atap dan dinding posterior nasofaring, diantara lubang tuba auditory, mukosa berisi masa jaringan limfoid yang disebut pharyngeal tonsil (adenoid). (Ballinger, 1999). Nasofaring merupakan suatu ruangan yang terletak di belakang rongga hidung di atas tepi bebas palatum molle. Berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga tengah masing-masing melalui choanae dan tuba eustachius (Susworo, 1987).</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHGtUBgHaiAbDzBBxBtppifN2MnXOLokd1PQJpNat23sTYmKStSOFKWCdQFLetL6ifW-2Nzk_C3BzTgXeLuEi4O2OFMl82Rn5CVaTdO-9HSFMOZdgA8u-gBcKMrXFqsihEFrV2ULtBrDo/s1600/1.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHGtUBgHaiAbDzBBxBtppifN2MnXOLokd1PQJpNat23sTYmKStSOFKWCdQFLetL6ifW-2Nzk_C3BzTgXeLuEi4O2OFMl82Rn5CVaTdO-9HSFMOZdgA8u-gBcKMrXFqsihEFrV2ULtBrDo/s320/1.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8NHBRSBjmDTuSkCr9YAl_UaJXlBlzHc9VOAiJFCY23fsPwaqOpPqnh4o5fNR94CuKBEzwWQm5rbMtvAChXI6TkabIg80auxv27NOJyGeZWZW1l06SnKOR_JWutTzpTxdbdyHuMUWyOGY/s1600/2.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8NHBRSBjmDTuSkCr9YAl_UaJXlBlzHc9VOAiJFCY23fsPwaqOpPqnh4o5fNR94CuKBEzwWQm5rbMtvAChXI6TkabIg80auxv27NOJyGeZWZW1l06SnKOR_JWutTzpTxdbdyHuMUWyOGY/s320/2.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak (HTA Indonesia, 2004).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7WOp7iYLiW2_44Qxhxs1URydpGgNLlGiY0m2X1v-xNEyEds5KiRdJmHlSjSYJM2fxH4ow-G-KgDnwNUvT-aPxY_mIpb96Wf08N313oyVt65rD1VhBJy092w_ezwkJNXICbTRdYCFbsBk/s1600/3.jpg"><img border="0" height="273" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7WOp7iYLiW2_44Qxhxs1URydpGgNLlGiY0m2X1v-xNEyEds5KiRdJmHlSjSYJM2fxH4ow-G-KgDnwNUvT-aPxY_mIpb96Wf08N313oyVt65rD1VhBJy092w_ezwkJNXICbTRdYCFbsBk/s320/3.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b>2. Fisiologi Kelenjar Adenoid</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Adenoid bersama tonsil dan lingual tonsil membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin Waldeyer. <a name='more'></a>Bagian-bagian lain cincin ini dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba Eustachius. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan, melindungi anak terhadap infeksi melalui udara dan makanan. Seperti halnya jaringan-jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi pada masa kanak-kanak dan menjadi atrofi pada masa pubertas. Karena kumpulan jaringan ini berfungsi sebagai suatu kesatuan, maka pada fase aktifnya, pengangkatan suatu bagian jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi sisa jaringan (Parcy, 1989). Ukuran adenoid kecil pada waktu lahir. Selama masa kanak-kanak akan mengalami hipertrofi fisiologis, terjadi pada umur 3 tahun. karena adenoid membesar, terbentuk pernafasan melalui mulut. Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan lebih terbuka kesempatan untuk mendapatkan infeksi dari anak yang lain. Hal ini menyebabkan pembesaran adenoid dan akan menciut setelah usia 5 tahun. Adenoid akan mengalami atrofi dan menghilang keseluruhannya pada usia pubertas (Parcy, 1989).</div>
Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-22744291729180782902011-01-26T13:36:00.001+08:002011-01-26T13:47:10.509+08:00Teknik Radiografi Lopography<div style="text-align: justify;"><b>1. Pengertian</b></div><div><div style="text-align: justify;">Teknik pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus melalui lobang buatan pada daerah abdomen.</div><div style="text-align: justify;"><b></b><br />
<div style="display: inline !important; text-align: justify;"><b>2. Tujuan Pemeriksaan</b></div></div><div style="text-align: justify;"><b></b><br />
<div style="display: inline !important; text-align: justify;"></div>Tujuan pemeriksaan Lopografi adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi kolon bagian distal sehingga dapat membantu menentukan tindakan medis selanjutnya.</div><div style="text-align: justify;"><b>3. Persiapan Pasien</b> </div><div style="text-align: justify;">Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Lopografi adalah untuk membersihkan kolon dari feases, karena bayangan dari feases dapat mengganggu gambaran radiograf. Pemeriksaan Lopografi memerlukan beberapa persiapan pasien,yaitu : </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Mengubah pola makanan pasien </li>
<ul><li>Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk menghindari terjadinya bongkahan-bongkahan tinja yang keras. </li>
</ul><li>Minum sebanyak-banyaknya </li>
<ul><li>Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek </li>
</ul><li>Pemberian obat pencahar </li>
<ul><li>Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya sebagai pelengkap saja. </li>
</ul></ul></div><div style="text-align: justify;"><b>4. Persiapan Alat dan Bahan</b></div><div style="text-align: justify;"><u>a. Persiapan alat pada pemeriksaan Lopografi, meliputi : </u></div><div style="text-align: justify;"><ol><li>Pesawat x – ray </li>
<li>Kaset dan film sesuai dengan<a name='more'></a> kebutuhan </li>
<li>Marker </li>
<li>Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .</li>
<li>Vaselin dan jelly </li>
<li>Sarung tangan </li>
<li>Penjepit atau klem </li>
<li>Kain kassa </li>
<li>Bengkok </li>
<li>Apron </li>
<li>Plester </li>
<li>Tempat mengaduk media kontras </li>
</ol></div><div style="text-align: justify;"><u>b. Persiapan bahan</u></div><div style="text-align: justify;"><ol><li>Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 – 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon distal.</li>
<li>Air hangat untuk membuat larutan barium.</li>
<li>Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus. </li>
</ol></div><div style="text-align: justify;"><b>5. Teknik Pemeriksaan</b></div><div style="text-align: justify;"><b>a. Foto polos BNO (Plain foto)</b> </div><div style="text-align: justify;">Foto polos ini bertujuan untuk melihat persiapan pasien sudah maksimal atau belum, seandainya sudah maksimal maka pemeriksaan dapat dilanjutkan, tetapi seandainya persiapan pasien kurang baik ditandai dengan masih banyaknya gambaran feases yang mengganggu radiograf maka pemeriksaan ditunda, selain itu juga untuk menentukan Faktor Eksposi sehingga pada saat kontras telah dimasukkan Faktor Eksposi bisa optimal. </div><div style="text-align: justify;"><b>b. Inform Consent</b> </div><div style="text-align: justify;">Setelah dipastikan bahwa pemeriksaan bisa dilanjutkan, maka pasien atau keluarga diharuskan menandatangani surat persetujuan sebagai inform consent yang menyebutkan bahwa pasien tersebut secara tertulis menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan (Lopografi). Ini dapat digunakan sebagai hukum legal yang seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan, kita (radiographer) dapat terlepas dari jeratan hukum, kecuali jika memang ada unsur kesengajaan. </div><div style="text-align: justify;"><b>c. Pemasukan Media Kontras</b> </div><div style="text-align: justify;">Barium dimasukkan melalui stoma (lubang colon distal) diikuti ngan fluoroskopi sampai mengisi daerah rectum dan dapat ditandai dengan keluarnya kontras melalui anus. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior. </div><div style="text-align: justify;"><b>d. Proyeksi Radiograf</b> </div><div style="text-align: justify;"><u>1). Proyeksi Antero posterior</u> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. </li>
<li>Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. </li>
<li>Kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat, termasuk fleksura dan kolon sigmoid. </li>
</ul></div><div style="text-align: justify;"><u>2). Proyeksi Postero Anterior</u> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat di garis tengah meja pemeriksan. Kedua tangan lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, objek diatur diatas meja pemeriksaan dengan batas atas processus xypoideus dan batas bawah sympisis pubis tidak terpotong, pada saat eksposi pasien ekspirasi dan tahan nafas. </li>
<li>Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset. </li>
<li>Kriteria radiograf seluruh kolon terlihat termasuk fleksura dan rektum. </li>
</ul></div><div style="text-align: justify;"><u>3). Proyeksi LPO</u> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi. </li>
<li>Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca, dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. </li>
</ul></div><div style="text-align: justify;"><u>4). Proyeksi RPO</u> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. </li>
<li>Kriteria radiograf menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan kolon asenden. </li>
</ul></div><div style="text-align: justify;"><u>5). Proyeksi RAO</u> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚- 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiaka dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas. </li>
<li>Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan kolon asenden. </li>
</ul></div><div style="text-align: justify;"><u>6). Proyeksi LAO</u> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35˚ - 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua krista illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas. </li>
<li>Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah kolon desenden tampak. </li>
</ul></div><div style="text-align: justify;"><u>7). Proyeksi Lateral</u> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas. </li>
<li>Kriteria : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada pertengahan radiograf.</li>
</ul><div><br />
</div><div style="text-align: center;"><b>SEMOGA BERMANFAAT</b></div></div></div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-5441948748318982502010-12-26T00:35:00.000+08:002010-12-26T00:35:37.178+08:00Teknik Pemeriksaan Temporal Mandibula Joint (TMJ)<div style="text-align: justify;"><b>1. Tujuan Pemeriksaan</b></div><div style="text-align: justify;">Pemeriksaan temporal mandibula joint (TMJ) adalah suatu pemeriksaan secara radiologis dari persendian antara temporal dan mandibula, yang dilakukan dengan proyeksi AP Axial atau Inferosuperior Transfacial. </div><b><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>3. Persiapan Alat</b></span></div></b><div><ul><li style="text-align: justify;">Pesawat roentgen siap pakai</li>
<li style="text-align: justify;">Kaset sesuai dengan ukuran</li>
<li style="text-align: justify;">Marker</li>
<li style="text-align: justify;">Baju pasien </li>
<li style="text-align: justify;">Gonad shield</li>
<li style="text-align: justify;">Apron </li>
</ul><b><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>4. Teknik Pemeriksaan</b></span></div></b><u><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none;"><u><b>1. Proyeksi AP Axial</b></u></span><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none;"> </span></div></u><div style="text-align: justify;">a. Persiapan alat dan bahan : </div><ol><li style="text-align: justify;">Film dan kaset 18 x 24 cm </li>
<li style="text-align: justify;">Pesawat sinar X </li>
<li style="text-align: justify;">Marker </li>
<li style="text-align: justify;">Alat fiksasi <a name='more'></a></li>
<li style="text-align: justify;">Shielding </li>
</ol><div style="text-align: justify;">b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam </div><div style="text-align: justify;">c. Posisi pasien : Posisikan pasien diposisi supine atau erect </div><div style="text-align: justify;">d. Posisi object : </div><ol><li style="text-align: justify;">Tempatkan pertengahan kaset pada MSP (Mid Sagital Plane). </li>
<li style="text-align: justify;">Letakkan lengan diposisi nyaman </li>
<li style="text-align: justify;">Atur bahu agar posisinya sama </li>
<li style="text-align: justify;">Atur kepala maka MSP sejajar dengan film </li>
<li style="text-align: justify;">Fleksikan leher agar orbitomeatal line tegak lurus dengan film </li>
</ol><div style="text-align: justify;">e. CR : Arahkan sinar ke caudal dengan sudut 35º </div><div style="text-align: justify;">f. CP : 3 inci atau 7,5 cm diatas nasion </div><div style="text-align: justify;">g. FFD :100 cm </div><div style="text-align: justify;">h. Kriteria gambar : </div></div><div><ol><li style="text-align: justify;">kepala tidak mengalami rotasi. </li>
<li style="text-align: justify;">tampak gambaran axial dari procesus condyloid dan mandibula fossae. </li>
<li style="text-align: justify;">condilus dan TMJ terlihat pada pemeriksaan open mouth. </li>
<li style="text-align: justify;">terjadi sedikit superposisi oleh condilus pada pemeriksaan closed mouth.</li>
</ol></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk0_milIcM95_9tHlG0UagFKz85F88XOtBAMp8MprdW2ozfz7zmIe59cyVVVhilKouNKaCLiGfm2v-yDQralrtuynPT-_ziFtbLeIENGh5T0khQnmOMYvPHbwgycwU8nzCcaRyg9AhwhI/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="321" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk0_milIcM95_9tHlG0UagFKz85F88XOtBAMp8MprdW2ozfz7zmIe59cyVVVhilKouNKaCLiGfm2v-yDQralrtuynPT-_ziFtbLeIENGh5T0khQnmOMYvPHbwgycwU8nzCcaRyg9AhwhI/s400/1.jpg" width="400" /></a></div><div>i. Hasil Foto AP Axial</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqsYAaqDSrAExBjKkeTIWSbET3ePF3wwj3HACR9v3rMvUIqEse-E37bLxCjBH-n5qTUQwPgVqoyByzW6qkkgCs1pbnKe1WRbmY0w7kVoI_TSuZ5dqq8IWGJ-po_e0P9d6JKXuGIZE1fpM/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="177" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqsYAaqDSrAExBjKkeTIWSbET3ePF3wwj3HACR9v3rMvUIqEse-E37bLxCjBH-n5qTUQwPgVqoyByzW6qkkgCs1pbnKe1WRbmY0w7kVoI_TSuZ5dqq8IWGJ-po_e0P9d6JKXuGIZE1fpM/s400/2.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><b><u>2. Proyeksi Inferosuperior Transfacial</u></b> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">a. Persiapan alat dan bahan : </div><div><ol><li style="text-align: justify;">Film dan kaset 18 x 24 cm </li>
<li style="text-align: justify;">Pesawat sinar X </li>
<li style="text-align: justify;">Marker </li>
<li style="text-align: justify;">Alat fiksasi </li>
<li style="text-align: justify;">Shielding </li>
</ol><div style="text-align: justify;">b. Persiapan pasien : Pasien terbebas dari benda logam </div><div style="text-align: justify;">c. Posisi pasien : </div><ol><li style="text-align: justify;">Posisi semi prone khusus digunakan pada pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi prone. </li>
<li style="text-align: justify;">Apabila pasien berdiri, pasien dapat lebih nyaman dengan posisi PA oblique. </li>
</ol><div style="text-align: justify;">d. Posisi object : </div><ol><li style="text-align: justify;">Atur kepala pasien agar true lateral. Letakkan sisi yang diperiksa menempel pada kaset. </li>
<li style="text-align: justify;">Akan terjadi sedikit tilt, jadi interpupilary line membentuk sudut 10º-15 º dari posisi tegak lurus. </li>
<li style="text-align: justify;">Kepala juga akan mengalami putaran dari posisi lateral, jadi MSP membentuk sudut 15 º terhadap bidang kaset. </li>
<li style="text-align: justify;">Hal ini mencegah superposisi daerah yang akan difoto dengan vertebra cervicalis. </li>
<li style="text-align: justify;">Ekspose yang pertama dilakukan dengan mulut tertutup. Kemudian ganti kaset dan lakukan eksposi kedua dengan mulut terbuka. </li>
<li style="text-align: justify;">Tahan napas saat diekspos. </li>
</ol><div style="text-align: justify;">e. CR : Arahkan sinar ke chepalad dengan sudut 30º </div><div style="text-align: justify;">f. CP : Pada pertengahan kaset. Maksudnya sinar yang diarahkan ke inferior mandibula yang jauh dari film dan melalui atau menuju TMJ yang menempel pada kaset. </div><div style="text-align: justify;">g. FFD : 100 cm </div><div style="text-align: justify;">h. Kriteria gambar : </div><ol><li style="text-align: justify;">Tampak gambaran lateral oblique dari TMJ pada posisi open mouth dan closed mouth. </li>
<li style="text-align: justify;">Mandibula pada sisi yang tidak menepel pada kaset tidak mengalami overlapping dengan daerah TMJ.</li>
<li style="text-align: justify;">TMJ bebas dari superposisi dengan vertebra cervicalis. </li>
<li style="text-align: justify;">Pada pemeriksaan closed mouth, condyle akan terletak pada mandibular fossa </li>
<li style="text-align: justify;">Pada pemeriksaan open mouth, condyle akan terletak pada articular tubercle apabila pasien membuka mulutnya dengan lebar.</li>
</ol><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRF6KfJm6iq6DT_InsSEFw0fajxKbMcqAaS4q7V0ccgX24qlIxp0ohfvgHI4gMSls4fkxW0w8-wLpm7bGNbAoSVW8QQIqjr7Dx-3mtMRbkls67IQ8l2LF-cew9Iw1Hc2gX6xEcSQRUYh0/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRF6KfJm6iq6DT_InsSEFw0fajxKbMcqAaS4q7V0ccgX24qlIxp0ohfvgHI4gMSls4fkxW0w8-wLpm7bGNbAoSVW8QQIqjr7Dx-3mtMRbkls67IQ8l2LF-cew9Iw1Hc2gX6xEcSQRUYh0/s400/3.jpg" width="400" /></a></div>i. Hasil Foto Inferosuperior Transfacial</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMzoVGLuRkmMXBdsn2ORbf864548Dbmu07NfanCwrKtaec_Iaj4_PMCt0UcMw_Px8C-KFfQZBf4p9yH0dMH-yMqyI6IL3JB_yWyLb-CvY8dqI9XKGfH9rfz2gPi966bebU1zCXFE7sLQo/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="253" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMzoVGLuRkmMXBdsn2ORbf864548Dbmu07NfanCwrKtaec_Iaj4_PMCt0UcMw_Px8C-KFfQZBf4p9yH0dMH-yMqyI6IL3JB_yWyLb-CvY8dqI9XKGfH9rfz2gPi966bebU1zCXFE7sLQo/s320/4.jpg" width="320" /></a></div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-22496395475545501272010-12-01T20:19:00.002+08:002010-12-01T20:25:47.284+08:00Teknik Pemeriksaan CT-Scan Thorax<div style="text-align: justify;"><b>A. Pengertian</b> </div><div style="text-align: justify;">Teknik pemeriksaan CT-SCAN thorax adalah teknik pemeriksaan secara radiologi untuk mendapatkan informasi anatomis irisan crossectional atau penampang aksial thorax. </div><b></b><br />
<div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>B. Indikasi Pemeriksaan</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></b></div><div><ul><li style="text-align: justify;">Tumor, massa </li>
<li style="text-align: justify;">Aneurisma </li>
<li style="text-align: justify;">Abses </li>
<li style="text-align: justify;">Lesi pada hilus atau mediastinal </li>
</ul><b></b><br />
<div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>C. Persiapan Pemeriksaan (Rasad, S, 2000)</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></b></div><u></u><br />
<div style="text-align: justify;"><u><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none;"><u>1. Persiapan Pasien</u></span><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none;"> </span></u></div><br />
<div style="text-align: justify;">Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas. Penderita melepaskan aksesoris seperti kalung, bra dan mengganti baju dengan baju khusus pasien supaya tidak menyebabkan timbulnya artefak. </div><u></u><br />
<div style="text-align: justify;"><u><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none;"><u>2. Persiapan alat dan bahan</u></span><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none;"> </span></u></div><br />
<div style="text-align: justify;">Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT-Scan thorax diantaranya: </div><ul><li style="text-align: justify;">Pesawat CT-Scan </li>
<li style="text-align: justify;">Tabung oksigen<a name='more'></a></li>
<li style="text-align: justify;">Media kontras </li>
<li style="text-align: justify;">Alat-alat Suntik </li>
<li style="text-align: justify;">Spuit</li>
<li style="text-align: justify;">Kassa dan kapas </li>
<li style="text-align: justify;">Alkohol </li>
</ul><u></u><br />
<div style="text-align: justify;"><u><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none;"><u>3. Persiapan Media Kontras</u></span><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none;"> </span></u></div>Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT-Scan diperlukan untuk menampakkan struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan organ-organ lainnya dapat dibedakan dengan jelas.<br />
<div style="text-align: justify;"><b><i>Teknik injeksi intravena :</i></b> </div></div><div><ul><li style="text-align: justify;">Jenis media kontras : media kontras dengan osmolaritas rendah </li>
<li style="text-align: justify;">Volume media kontras : 80 – 100 ml </li>
<li style="text-align: justify;">Injeksi rata-rata (kecepatan) : 2 ml / detik </li>
<li style="text-align: justify;">Waktu Scan : melakukan scanning pada saat 25 detik setelah pemasukan awal media kontras (delay). </li>
</ul><b></b><br />
<div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>D. Teknik Pemeriksaan</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></b></div><ol><li style="text-align: justify;">Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry. </li>
<li style="text-align: justify;">Posisi objek : </li>
<ul><li style="text-align: justify;">Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu indicator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas kepala. </li>
<li style="text-align: justify;">Memfiksasi lutut dengan menggunakan body clem.</li>
<li style="text-align: justify;">Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas pada saat pemeriksaan berlangsung.</li>
</ul><li style="text-align: justify;">Scan Parameter Scan parameter pemeriksaan CT-Scan thorax adalah seperti tercantum pada tabel dibawah ini :</li>
</ol><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj41SQpPSat4a0CLPj1bfk_hpNLdf9ID2uleFBzmObwNBoAT2lNgExiGikmEzrnGKCXSIy9sE8miN27niKdnmvjxGC6oyXB2sdgO5O9H0OKgPYXMM-O6Wpz8vNqSil4khN0pF8ESLKGW9w/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj41SQpPSat4a0CLPj1bfk_hpNLdf9ID2uleFBzmObwNBoAT2lNgExiGikmEzrnGKCXSIy9sE8miN27niKdnmvjxGC6oyXB2sdgO5O9H0OKgPYXMM-O6Wpz8vNqSil4khN0pF8ESLKGW9w/s320/1.jpg" width="320" /></a></div><ul><li style="text-align: justify;">Foto sebelum dan sesudah memasukkan Media Kontras Kasus seperti tumor dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan sesudah media kontras adalah untuk melihat apakah ada jaringan yang menyerap kontras banyak, sedikit atau tidak sama sekali.</li>
</ul><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk_-m9tTizALgptrfY4Nsa4FWqw0SlnuYg2w07l20fsyfHD6lP3asLzyeGrAFQ-lW3HIcSXEVhCMQGRzAcXao1bFAzktpMMAJZcQeNs_Voc3Oi_WSOfg9Zz73stQ8DhSHv-nMORhhyphenhyphenCok/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="158" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk_-m9tTizALgptrfY4Nsa4FWqw0SlnuYg2w07l20fsyfHD6lP3asLzyeGrAFQ-lW3HIcSXEVhCMQGRzAcXao1bFAzktpMMAJZcQeNs_Voc3Oi_WSOfg9Zz73stQ8DhSHv-nMORhhyphenhyphenCok/s320/2.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan Thorax dapat diwakili beberapa kriteria : </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><b>Potongan axial 1</b></li>
<ul><li>Merupakan bagian paling superior dari thorax yang disebut apeks paru-paru. Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena jugularis interna kanan, (B) arteri karotis komunis kanan, (C) Trakhea, (D) Sternum, (E) Sternoklavikula joint, (F) klavikula, (G) Vena jugularis interna kiri, (H) arteri subklavikula kiri, (I) arteri karotis komunis kiri, (J) vertebra thorakal II – thorakal III, (K) arteri subklavia kanan, (L) prosesus acromion dari scapula, dan (M) caput humerus.</li>
</ul></ul><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsvHo0HeK6ERMhG81cYIj9tCFf1-QfD3BIAXogZkhxbPwQvCd3LCN72Cj0-6IuxBd-p2-kqYR3naFqSw1sq6psTN-knoL3eQGDTB6HekKmuJojt5X_q8PtLT39PkOywvmtxAav5yf2D0A/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsvHo0HeK6ERMhG81cYIj9tCFf1-QfD3BIAXogZkhxbPwQvCd3LCN72Cj0-6IuxBd-p2-kqYR3naFqSw1sq6psTN-knoL3eQGDTB6HekKmuJojt5X_q8PtLT39PkOywvmtxAav5yf2D0A/s400/3.jpg" width="400" /></a></div><ul><li><b>Potongan axial 3</b></li>
<ul><li>Kriteria yang tampak antara lain (A) vena brachiocephalic kanan (dengan media kontras), (B) arteri innominata, (C) manubrium sterni, (D) Vena brachiophelic kiri, (E) Arteri komunis karotis kiri, (F) arteri subklavia kiri, (G) oesofagus, (H) vertebra thorakal III-thorakal IV, dan (I) trakhea.</li>
</ul></ul><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4PD6bAT5RrXTZSHsckmZbX9J5Gysz6j8iPDjSpFQkxEhdPGDQ75TMRZdDP3KizNcZ3A0DKTEKTguh9MTizhJIiyiuuEBFuIAlVBGLV-Vsubv4RIW_K0Z3UvHGdAcLUO0oxdgr_cnRPqQ/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4PD6bAT5RrXTZSHsckmZbX9J5Gysz6j8iPDjSpFQkxEhdPGDQ75TMRZdDP3KizNcZ3A0DKTEKTguh9MTizhJIiyiuuEBFuIAlVBGLV-Vsubv4RIW_K0Z3UvHGdAcLUO0oxdgr_cnRPqQ/s400/4.jpg" width="400" /></a></div><ul><li><b>Potongan axial 5</b></li>
<ul><li>Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena kava superior, (B) Aorta ascenden, (C) Corpus sternum, (D) Window aortopulmonary, (E) oesoagus, (F) aorta descenden, (G) vertebra thorakal IV-thorakal V, dan (H) Trakhea.</li>
</ul></ul><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvN8HgFN8ffEC517XakPFcx_wOeBbsDIUj-mliRMvb3WQWr5YlkT28HpGoaPOkRmizAg0KeFaT6DGGMxR-EiF6HTNkqE9tMpxafHRyqUWqB8HIXeGiS6T2ZE-y6mQOwuLhlLzEvCDXVOk/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvN8HgFN8ffEC517XakPFcx_wOeBbsDIUj-mliRMvb3WQWr5YlkT28HpGoaPOkRmizAg0KeFaT6DGGMxR-EiF6HTNkqE9tMpxafHRyqUWqB8HIXeGiS6T2ZE-y6mQOwuLhlLzEvCDXVOk/s400/5.jpg" width="400" /></a></div><ul><li><b>Potongan axial 7</b></li>
<ul><li>Kriteria gambar yang tampak antara lain (A) Vena kava superior, (B) Aorta ascenden, (C) arteri pulmonari utama, (D) Vena pulmonari kiri, (E) arteri pulmonari kiri, (F) aorta descenden, (G) Vertebra thorakal VI-thorakal VII, (H) Vena azygos, (I) oesofagus, (J) arteri pulmonari kanan.</li>
</ul></ul><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAoLOnEUwQz_X5jendA3Dmo233maopCj6ANupj4wgsamBsOJ-D1n0Dam4M5XVXnj9hxEmzvakAmQqFyCgPArvCaOEd45GcRMeojrFKtF3D-xB2MHxhQBajAnXXF-AeVrnWxzdnQ9DH5tY/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAoLOnEUwQz_X5jendA3Dmo233maopCj6ANupj4wgsamBsOJ-D1n0Dam4M5XVXnj9hxEmzvakAmQqFyCgPArvCaOEd45GcRMeojrFKtF3D-xB2MHxhQBajAnXXF-AeVrnWxzdnQ9DH5tY/s400/6.jpg" width="400" /></a></div><ul><li><b>Potongan axial 10</b></li>
<ul><li>Kriteria Gambar yang tampak adalah (A) Vena kava inferior, (B) atrium kanan, (C) Katup trikuspidalis, (D) perikardium, (E) ventrikel kanan, (F) septum interventrikular, (G) ventrikel kiri, (H) atrium kiri, (I) aorta descenden, (J) vertebra thorakal IX-thorakal X, (K) Oesofagus, (L) hemidiafragma kanan.</li>
</ul></ul><div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmlD1OVtP37brcMTrvETCeMjlcQnlE1xAIspVuOx58FJUhe79yMSOPBB0Z49pW5r-TqlUQHOOZfnGC2vM-XrJZcPI8zJ7jyeNXQB8dfcrvR-0C-dqDU15FxI8VWKBXEZPZyfA89R6SdIo/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="-webkit-text-decorations-in-effect: none; color: black;"></span></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmlD1OVtP37brcMTrvETCeMjlcQnlE1xAIspVuOx58FJUhe79yMSOPBB0Z49pW5r-TqlUQHOOZfnGC2vM-XrJZcPI8zJ7jyeNXQB8dfcrvR-0C-dqDU15FxI8VWKBXEZPZyfA89R6SdIo/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmlD1OVtP37brcMTrvETCeMjlcQnlE1xAIspVuOx58FJUhe79yMSOPBB0Z49pW5r-TqlUQHOOZfnGC2vM-XrJZcPI8zJ7jyeNXQB8dfcrvR-0C-dqDU15FxI8VWKBXEZPZyfA89R6SdIo/s400/7.jpg" width="400" /></a></div></div></div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-62500648929396161562010-12-01T18:58:00.003+08:002010-12-01T19:11:22.770+08:00Teknik Pemeriksaan CT-Scan Mastoid<div style="text-align: justify;">Semoga bermanfaat gan walau cuma seiprit..cekidot...</div><b></b><br />
<div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>A. Pengertian</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></b></div>CT Mastoid merupakan pemeriksaan radiologi guna mendapatkan gambaran cross sectional anatomi bagian mastoid.<br />
<div><b></b><br />
<div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>B. Persiapan alat dan bahan</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></b></div><ul><li style="text-align: justify;">Unit pesawat CT-Scan </li>
<ul><li style="text-align: justify;">Karakteristik pesawat CT-Scan yang digunakan </li>
<li style="text-align: justify;">Waktu Scan : 0,8 – 1,5 </li>
<li style="text-align: justify;">Arus tabung : 60 – 300 mA </li>
</ul><li style="text-align: justify;">Selimut </li>
<li style="text-align: justify;">Head clem </li>
<li style="text-align: justify;">Oksigen </li>
</ul><b></b><br />
<div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><b>C. Persiapan pasien</b></span><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"> </span></b></div>Tidak ada persiapan khusus bagi pasien,hanya saja assesoris di daerah kepala (gigi palsu, anting, penjepit rambut dan lain-lain) yang menempel pada obyek disingkirkan agar tidak menimbulkan bayangan artefact.Kemudian pasien dan atau keluarga pasien diberi penerangan mengenai tujuan dan prosedur pemerikssaan sampai dengan memahami manfaat dan resiko pemeriksaan yang akan dilakukan .Apabila memungkinkan pasien diingatkan tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama pemeriksaan berlangsung (bergerak).<br />
<div style="text-align: justify;"><b>D. Teknik Pemeriksaan</b> </div><div style="text-align: justify;"><b><u>Potongan Axial</u></b> </div><div style="text-align: justify;"><ol><li>Posisi pasien : Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga simetris berada pada pertengahan gantry. </li>
<li>Posisi objek : Kepala hiper extensi <a name='more'></a>dan diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indicator longitudinal dan interpapillary line sejajar dengan lampu indicator horisontal. Lengan pasien diletakan diatas perut atau di samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi bengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan.(Nesseth,2000) </li>
<li>Masukkan data-data pasien dengan memilih protocol pemeriksaan InnerEarSeq.Insert posisi pasien HeadFirst supine pada registrasi pasien di komputer kemudian dilanjutkan dengan membuat topogram pada daerah kepala. </li>
<li>Buat garis potongan axial dengan batas bawah cranii sampai dengan vertex. </li>
</ol></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzbcvdDHERw8qIVcIneqD9tbTTvAMrDh9U8ndwZGj7wA-zV6nUg0WCq5VObeOcoC0iv3G6ao5wXx7Bbp1Km_6SvmzkkHM3uOrzOgrrlHkNuVF_nsBvmf1_RjacoviGPKMhhfrJcTbLTLA/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzbcvdDHERw8qIVcIneqD9tbTTvAMrDh9U8ndwZGj7wA-zV6nUg0WCq5VObeOcoC0iv3G6ao5wXx7Bbp1Km_6SvmzkkHM3uOrzOgrrlHkNuVF_nsBvmf1_RjacoviGPKMhhfrJcTbLTLA/s200/1.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: center;">Gambar Potongan Axial </div><div style="text-align: justify;"><b><u>Potongan Coranal</u></b></div><div style="text-align: justify;"><ol><li>Posisi pasien : Pasien tidur prone diatas meja pemeriksaan dengan kepala diatur sedemikian rupa sehingga simetris berada pada pertengahan gantry. </li>
<li>Posisi objek :Kepala hiper extensi dan diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indicator longitudinal dan interpapillary line sejajar dengan lampu indicator horisontal. Lengan pasien diletakan diatas perut atau di samping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi bengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. .(Nesseth,2000) </li>
<li>Masukkan data-data pasien dengan memilih protocol pemeriksaan <i>Inner Ear Seq</i><i> Insert,</i> posisi pasien HeadFirst supine pada registrasi pasien di komputer kemudian dilanjutkan dengan membuat topogram pada daerah kepala. </li>
<li>Buat garis potongan coronal dengan batas bawah cranii sampai dengan vertex.</li>
</ol><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5skSaGFgc_QWoF5UmDQzjUpS1YnAYeHsksO72OFyqvldpad7ZaN7AqEnvr2MuZs61QpxEtjxXjvUZgNX-ns-keDO8ZWWpeST6t4XDzQaODcSmb6qLKdWSlRojWEFWCsv7oIYQwOF1TSI/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="159" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5skSaGFgc_QWoF5UmDQzjUpS1YnAYeHsksO72OFyqvldpad7ZaN7AqEnvr2MuZs61QpxEtjxXjvUZgNX-ns-keDO8ZWWpeST6t4XDzQaODcSmb6qLKdWSlRojWEFWCsv7oIYQwOF1TSI/s200/2.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: center;">Gambar Potongan Coronal</div></div></div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-70316608669986104212010-11-17T18:17:00.000+08:002010-11-17T18:17:52.178+08:00Teknik Pemeriksaan CT-Scan Sinus Paranasal<div style="text-align: justify;"> <b>A. Pengertian</b> <br />
Teknik pemeriksaan CT-Scan SPN merupakan pemeriksaan radiologi untuk mendapatkan gambaran irisan dari sinus paranasal baik secara aksial maupun coronal. CT-Scan SPN memberikan tampilan yang memuaskan atas sinus dan dapat menilai opasitas, penyebab, dan jenis kelainan dari sinus. CT-Scan SPN baik dalam memperlihatkan dekstruksi tulang dan mempunyai peranan penting dalam perencanaan terapi serta menilai respon terhadap radioterapi. Hal-hal tersebut merupakan kelebihan CT-Scan SPN dibandingkan dengan foto polos SPN biasa (Amstrong, 1989). </div><div style="text-align: justify;"><b>B. Indikasi Pemeriksaan</b> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Sespect mass, lesi atau tumor (Bontrager, 2001)</li>
<li>Infeksi atau alergi </li>
<ul><li>Udara dalam sinus digantikan oleh cairan/ mukosa yang menebal hebat atau kombinasi keduanya (Amstrong, 1989). </li>
</ul><li>Mukokel</li>
<ul><li>Merupakan sinus yang mengalami obstruksi. CT-Scan SPN jelas memperlihatkan ukuran dan luas mukokel (Amstrong, 1989).</li>
</ul><li>Karsinoma sinus atau rongga hidung</li>
<ul><li>CT-Scan SPN baik dalam menampakkan <a name='more'></a>dekstruksi tulang akibat tumor, luas dan invasi tumor (Amstrong, 1989). </li>
</ul></ul></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>C. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan SPN</b> <br />
<b>a. Persiapan Pasien ( Seeram, 2001 ) </b><br />
Persiapan pasien untuk pemeriksaan CT-Scan SPN adalah sebagai berikut : <br />
<ol><li>Semua benda metalik harus disingkirkan dari daerah yang diperiksa, termasuk anting, kalung, dan jepit rambut.</li>
<li>Pasien harus diinstruksikan agar mengosongkan vesika urinarianya sebelum pemeriksaan dilakukan, karena jika menggunakan media kontras intra vena menyebabkan vesika urinaria cepat terisi penuh sehingga pemeriksaan tidak akan terganggu oleh jeda waktu ke kamar kecil. </li>
<li>Jika menggunakan media kontras, alasan penggunaannya harus dijelaskan kepada pasien. </li>
<li>Komunikasikan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan sejelas-jelasnya (inform consern) agar pasien nyaman dan mengurangi pergerakan sehingga dihasilkan kualitas gambar yang baik. </li>
</ol><b>b. Persiapan Alat dan Bahan </b>Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT-Scan SPN dengan kasus mass misalnya, antara lain : </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Pesawat CT-Scan</li>
<li>Alat-alat fiksasi kepala </li>
</ul><b>c. Teknik Pemeriksaan</b> <br />
Pemeriksaan CT-Scan SPN dengan kasus mass menggunakan dua jenis potongan , yaitu potongan axial dan potongan coronal. ( Ballinger, 1995 ) <br />
<u>1. Potongan Axial </u><ul><li>Posisi pasien : pasien berbaring supine di atas meja pemeriksaan. Kedua lengan di samping tubuh, kaki lurus ke bawah dan kepala berada di atas headrest (bantalan kepala ). Posisi pasien diatur senyaman mungkin. b) Posisi objek : kepala diletakkan tepat di terowongan gantry, mid sagital plane segaris tengah meja. Mid axial kepala tepat pada sumber terowongan gantry (Weisberg, 1984).</li>
</ul><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw_53w4D4dtrraK4JGNwqizyFgsL_BbflsPdW8O4Q0jdIo09ift0cOfqQVpnLJjGyp9Mk_kZoCMAov5BNlcIiie8gKwLu3i-lCAw2E_VyhIfrmrkuBTc2G8oA3VXEqhJsi7R__Wa4G91Q/s1600/0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw_53w4D4dtrraK4JGNwqizyFgsL_BbflsPdW8O4Q0jdIo09ift0cOfqQVpnLJjGyp9Mk_kZoCMAov5BNlcIiie8gKwLu3i-lCAw2E_VyhIfrmrkuBTc2G8oA3VXEqhJsi7R__Wa4G91Q/s1600/0.jpg" /></a></div><u>2. Potongan Coronal </u> </div><div style="text-align: justify;">Potongan coronal merupakan teknik khusus. </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Posisi pasien : pasien berbaring prone di atas meja pemeriksaan dengan bahu diganjal bantal. Kepala digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin dengan membidik menuju vertikal. Gantry sejajar dengan tulang-tulang wajah. </li>
<li>Posisi objek : kepala tegak atau digerakkan ke belakang (hiperekstensi) sebisa mungkin dan diberi alat fiksasi agar tidak bergerak (Lowge, 1989).</li>
</ul><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinrsx2YAESkYMWA-iLv3xeU3L5Xk4RNANWLVLfKWFd0LNqofGFjk32IMPlkmeWTm6ADtFs6MTK4WnZ0cEcl56npUpdZoH7VNIEoyCkWewWv1XIQCkZ3JhhggLHGMZKYYAs7rApIkSDcIE/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinrsx2YAESkYMWA-iLv3xeU3L5Xk4RNANWLVLfKWFd0LNqofGFjk32IMPlkmeWTm6ADtFs6MTK4WnZ0cEcl56npUpdZoH7VNIEoyCkWewWv1XIQCkZ3JhhggLHGMZKYYAs7rApIkSDcIE/s1600/1.jpg" /></a></div><b>d. Scan Parameter </b> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Scanogram : cranium lateral</li>
<li>Slice thickness </li>
<ul><li>axial : 5 mm </li>
<li>coronal : 3 mm ( Seeram, 2001 ) </li>
</ul><li>Anatomi Coverage </li>
<ul><li>axial : 5 mm di bawah sinus maksilaris sampai sinus frontalis </li>
<li>coronal : 5 mm posterior sinus sphenoideus sampai sinus frontalis ( Ballinger, 1995 ) </li>
</ul><li>Standar algorithma </li>
<ul><li>axial : algorithma tulang </li>
<li>coronal : algorithma standar </li>
</ul><li>kV : 130</li>
<li>mAs : 60 ( Seeram, 2001) </li>
</ul><div style="text-align: center;">Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan sinus paranasal adalah sebagai berikut ( Kelley dkk, 1997 ) :</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2S5ule14CZgd9G03BQttfx1HF4VItYt42BtYQnoYGz3uvldWmofaefhzPx8O7C9W5289_kGJGAOzOI7ArFr5Z4A7MlkotPNaTGIbYcxssTb9WW89WR15u-243BpuoaLHK2Soxi-tq_gs/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2S5ule14CZgd9G03BQttfx1HF4VItYt42BtYQnoYGz3uvldWmofaefhzPx8O7C9W5289_kGJGAOzOI7ArFr5Z4A7MlkotPNaTGIbYcxssTb9WW89WR15u-243BpuoaLHK2Soxi-tq_gs/s320/2.jpg" width="286" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ8oFxDH8Eay7CB5gv_oxXTkjOTmDnaUQQvpvSYW8LWMoPXLRCO-xsZ5pvWyMnle1qqdFnDrNUtXF_qGioLtr6aE7oXKCw8os8gSDcm4TOBZTssuO7tnc9Q0Ff5rkXzV3vX9ewqFKdWmM/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ8oFxDH8Eay7CB5gv_oxXTkjOTmDnaUQQvpvSYW8LWMoPXLRCO-xsZ5pvWyMnle1qqdFnDrNUtXF_qGioLtr6aE7oXKCw8os8gSDcm4TOBZTssuO7tnc9Q0Ff5rkXzV3vX9ewqFKdWmM/s320/3.jpg" width="309" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYlJKyQh95H3g-nSWBJEs0cUQ0pAwwGmj9i12H_GGi9VR0RPXjD9LKh3k2U6ex2qWFdKmUH8_YDSyPrAwGfnPUnr4ZFCy_bsX9Pv2JvpsaqybcWH_CXYqKG3CQd0yxdotq-woSnuSNxsI/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="319" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYlJKyQh95H3g-nSWBJEs0cUQ0pAwwGmj9i12H_GGi9VR0RPXjD9LKh3k2U6ex2qWFdKmUH8_YDSyPrAwGfnPUnr4ZFCy_bsX9Pv2JvpsaqybcWH_CXYqKG3CQd0yxdotq-woSnuSNxsI/s320/4.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQofvZMrpuZ8UFpNi8e7iFn84neIFm3SILVoPrP-8hfK-rFer2J3sFe8M6wxFtoFok9H_a5agJ54jF-ZvMdGkBTInv0eFWr_Hz4-roZ0APORI4VWwLnCJiMnOtqhF5jfregbOmoI_Mmng/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQofvZMrpuZ8UFpNi8e7iFn84neIFm3SILVoPrP-8hfK-rFer2J3sFe8M6wxFtoFok9H_a5agJ54jF-ZvMdGkBTInv0eFWr_Hz4-roZ0APORI4VWwLnCJiMnOtqhF5jfregbOmoI_Mmng/s320/5.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0F3l6IxEtmtd6euYEg0P-rrG6tGhLXIT5WI122JtGNHgg0K8KL6Ega5GxpNzyWFABQUqNMGvMuSpiqLENRd6C0HV6yAXbNC22uZrhGsapJK03BH_IcqBtK1_xhb0lt4mNxol4d4B0Rno/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0F3l6IxEtmtd6euYEg0P-rrG6tGhLXIT5WI122JtGNHgg0K8KL6Ega5GxpNzyWFABQUqNMGvMuSpiqLENRd6C0HV6yAXbNC22uZrhGsapJK03BH_IcqBtK1_xhb0lt4mNxol4d4B0Rno/s320/6.jpg" width="294" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-9PEafXerIloZejPQ7P0yfTqblzI4M3wMTS750FzWNRwCgvtpjoLtTc5QM9iR3_He2PjKQVbkXRqZoQwg_x6oI7KPMc81zR0ww1Q8nzciJs49E9HhNb3XXrYyQL9GYlnlduoXh-w3Ylg/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-9PEafXerIloZejPQ7P0yfTqblzI4M3wMTS750FzWNRwCgvtpjoLtTc5QM9iR3_He2PjKQVbkXRqZoQwg_x6oI7KPMc81zR0ww1Q8nzciJs49E9HhNb3XXrYyQL9GYlnlduoXh-w3Ylg/s320/7.jpg" width="268" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe2cO4lMnliQuQLr9ySiQbYW-81mVAiUKnZFTZgaUeaLUfquimpnZhwCVd_UBvwncTa7z319yImckryGIOQfn22ai0qPFepRBKoD2zLLzUI8xJKBjwQYf5qlhZAdyhQZuxSFt9IfXUX5Y/s1600/8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe2cO4lMnliQuQLr9ySiQbYW-81mVAiUKnZFTZgaUeaLUfquimpnZhwCVd_UBvwncTa7z319yImckryGIOQfn22ai0qPFepRBKoD2zLLzUI8xJKBjwQYf5qlhZAdyhQZuxSFt9IfXUX5Y/s320/8.jpg" width="301" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix4FRD5ozKGoBPqjNAevmK7s2wkn5Ue_eItJrbkQVL4bi01aPoijDW-vfCvrD4781Z8jPOfahlvfSZuSqWegFy_aSj9HAAasXigf6G9_3kUVl5occwMtNqxpvQyk4lEjVfsECA8VjhLgQ/s1600/9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix4FRD5ozKGoBPqjNAevmK7s2wkn5Ue_eItJrbkQVL4bi01aPoijDW-vfCvrD4781Z8jPOfahlvfSZuSqWegFy_aSj9HAAasXigf6G9_3kUVl5occwMtNqxpvQyk4lEjVfsECA8VjhLgQ/s320/9.jpg" width="298" /></a></div></div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-8641319929700164042010-11-17T11:35:00.004+08:002010-11-19T10:19:14.031+08:00Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala<div style="text-align: justify;"><b>A. Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001)</b></div><ol style="text-align: justify;"><li>Tumor,massa dan lesi</li>
<li>Metastase otak</li>
<li>Perdarahan intra cranial </li>
<li>Aneurisma</li>
<li>Abses</li>
<li>Atrophy otak</li>
<li>Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom)</li>
<li>Kelainan congenital</li>
</ol><div style="text-align: justify;"><b>B. Persiapan pemeriksaan <br />
a. Persiapan pasien </b>Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksui-instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Benda aksesoris seperti gigi palsu, rambut palsu, anting-anting, penjempit rambut, dan alat bantu pendengaran harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena akan menyebabkan artefak.Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi</div><a name='more'></a> selimut (Brooker, 1986) <br />
<div style="text-align: justify;"><b>b. Persiapan alat dan bahan</b>Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua, yaitu :</div><div style="text-align: justify;"><u>1. Peralatan steril :</u></div><ul style="text-align: justify;"><li>Alat-alat suntik</li>
<li>Spuit.</li>
<li>Kassa dan kapas </li>
<li>Alkohol</li>
</ul><div style="text-align: justify;"><u>2. Peralatan non-steril</u></div><ul style="text-align: justify;"><li>Pesawat CT-Scan</li>
<li>Media kontras </li>
<li>Tabung oksigen</li>
</ul><div style="text-align: justify;"><b>c. Persiapan Media kontras dan obat-obatan</b>Dalam pemeriksaan CT-scan kepala pediatrik di butuhkan media kontras nonionik karena untuk menekan reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 )</div><ol style="text-align: justify;"><li>Jenis media kontras : omnipaque, visipaque</li>
<li>Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m</li>
<li>Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec</li>
</ol><div style="text-align: justify;"><b>C. Teknik Pemeriksaan</b></div><ul><li style="text-align: justify;">Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.</li>
<li style="text-align: justify;">Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien ( Nesseth, 2000 ).</li>
</ul><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-hCO03QttI7Cji_DGzn5z_q-BOuXMgakcIkCcOWOb_OCaYJ7yz5-NioNpYlG6rnscvQT4E1k0JXIab73p03-jYfY4KmPtpft1afR8VhVC9V-PhyohAz0lX7keWDHKO0L-VlhDZqHc-Bw/s1600/1.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-hCO03QttI7Cji_DGzn5z_q-BOuXMgakcIkCcOWOb_OCaYJ7yz5-NioNpYlG6rnscvQT4E1k0JXIab73p03-jYfY4KmPtpft1afR8VhVC9V-PhyohAz0lX7keWDHKO0L-VlhDZqHc-Bw/s320/1.jpg" /></a></div><ul style="text-align: justify;"><li> Scan Parameter</li>
</ul><ol style="text-align: justify;"><ol><li>Scanogram : kepala lateral</li>
<li>Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosum dan range II dari pars petrosum sampai verteks.</li>
<li>Slice Thickness : 2-5 mm ( range I ) dan 5-10 mm ( range II )</li>
<li>FOV : 24 cm</li>
<li>Gantry tilt : sudut gantry tergantung besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh orbito meatal line dengan garis vertical.</li>
<li>kV : 120</li>
<li>mA : 250</li>
<li>Reconstruksion Algorithma : soft tissue</li>
<li>Window width : 0-90 HU ( otak supratentorial ); 110-160 HU ( otak pada fossa posterior ); 2000-3000 HU ( tulang )</li>
<li>Window Level : 40-45 HU ( otak supratentorial ); 30-40 HU ( otak pada fossa posterior ); 200-400 HU ( tulang )</li>
</ol></ol><ul><li style="text-align: justify;">Foto sebelum dan sesudah pemasukkan media kontras</li>
<ul style="text-align: justify;"><li>Secara umum pemeriksaan CT-scan kepala membutuhkan 6-10 irisan axial. Namun ukuran tersebut dapat bervariasi tergantung keperluan diagnosa. Untuk kasus seperti tumor maka jumlah irisan akan mencapai dua kalinya karena harus dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras adalah agar dapat membedakan dengan jelas apakah organ tersebut mengalami kelainan atau tidak.</li>
</ul><li style="text-align: justify;">Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pada umumnya:</li>
<ul><li style="text-align: justify;">Potongan Axial I </li>
<ul><li style="text-align: justify;">Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria gambarnya adalah tampak :</li>
</ul></ul></ul><ul><ol><ol></ol></ol></ul><br />
<div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVCWsIyle-aI8KV9xd15AJM8X4zBj3x-HoA1C5ajHk8EiJI3z6LpUWp_JVOzh5JX8rYrzJGm4laVD4zAdFeBhpVtDojId7U8c1aP_VM7YDw1j5Pl2l1CZbqFUwehJ01x86Ikjf4_ESyeo/s1600/2.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVCWsIyle-aI8KV9xd15AJM8X4zBj3x-HoA1C5ajHk8EiJI3z6LpUWp_JVOzh5JX8rYrzJGm4laVD4zAdFeBhpVtDojId7U8c1aP_VM7YDw1j5Pl2l1CZbqFUwehJ01x86Ikjf4_ESyeo/s320/2.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsxB1mOYhQuqE2FdY7N4lAvKv6h_EBhqQWRX-4jH8fxUhlMQ23QpMNsYAq23ge4nr5VKeuQOiKT0NhtGwWTkKFMkmaBK5N2vOOouFNW8sn-w2LGsNf4IkZmPd-2ShBwX0uO3UMmTApvcc/s1600/3.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsxB1mOYhQuqE2FdY7N4lAvKv6h_EBhqQWRX-4jH8fxUhlMQ23QpMNsYAq23ge4nr5VKeuQOiKT0NhtGwWTkKFMkmaBK5N2vOOouFNW8sn-w2LGsNf4IkZmPd-2ShBwX0uO3UMmTApvcc/s320/3.jpg" /></a><br />
<div style="text-align: left;"> </div><div style="text-align: center;">a. Bagian anterior sinus superior sagital</div><div style="text-align: center;">b. Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum)</div><div style="text-align: center;">c. Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri) </div><div style="text-align: center;">d. Sulcus </div><div style="text-align: center;">e. Gyrus </div><div style="text-align: center;">f. Bagian posterior sinus superior sagital</div></div><ul><ul><li style="text-align: justify;">Potongan Axial IV</li>
<ul><li style="text-align: justify;">Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel. Criteria gambarnya tampak :</li>
</ul></ul><ol><ol></ol></ol></ul><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv8vb7CXAX4TEsrnbeUdtDEAROx9eDYnw3IE1pIDdKY2XtFbThrCMQy0QxyJysInqj2AdNMgXwBjPGAPhUH8ZIGOW3lgnFQ0TwwM1zyB7ghC9_CV-VcUQkSHufAjdDLIcaR9vf-uwJ_Cg/s1600/4.jpg"><img border="0" height="125" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv8vb7CXAX4TEsrnbeUdtDEAROx9eDYnw3IE1pIDdKY2XtFbThrCMQy0QxyJysInqj2AdNMgXwBjPGAPhUH8ZIGOW3lgnFQ0TwwM1zyB7ghC9_CV-VcUQkSHufAjdDLIcaR9vf-uwJ_Cg/s200/4.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFpKM2dkzad6kMXtQJTXXhN7y7nQZYDk4AR7j54ERC_F3M4JDsgraLWM6D45r4D3lezocUGGZKwIwprUZpQNh8eEpft1WQO9ciA0P4ZNT79MFr8LTAydPteuMUxc2-7LoPS8Mksb4P2rY/s1600/5.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFpKM2dkzad6kMXtQJTXXhN7y7nQZYDk4AR7j54ERC_F3M4JDsgraLWM6D45r4D3lezocUGGZKwIwprUZpQNh8eEpft1WQO9ciA0P4ZNT79MFr8LTAydPteuMUxc2-7LoPS8Mksb4P2rY/s320/5.jpg" /></a><br />
<div style="text-align: center;">a. Anterior corpus collosum</div><div style="text-align: center;">b. Anterior horn dari ventrikel lateral kiri</div><div style="text-align: center;">c. Nucleus caudate</div><div style="text-align: center;">d. Thalamus</div><div style="text-align: center;">e. Ventrikel tiga</div><div style="text-align: center;">f. Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi) </div><div style="text-align: center;">g. Posterior horn dari ventrikel lateral kiri</div></div><ul><ul><li style="text-align: justify;">Potongan Axial V</li>
<ul><li style="text-align: justify;">Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar yang tampak :</li>
</ul><ol></ol></ul></ul><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0jpItRkEgrW3-JlDw_f6jh-7uLfg8rLXaCJhf3FXug6z9EnIsXvTXGpognPVtyvPScfwpDIy8m1YoukuSLWQI0_fgtJjfbPGolL1jXfMHFMZsIBXqfw_9W5DoAd5F2qkzcZZBrkNuI0I/s1600/6.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0jpItRkEgrW3-JlDw_f6jh-7uLfg8rLXaCJhf3FXug6z9EnIsXvTXGpognPVtyvPScfwpDIy8m1YoukuSLWQI0_fgtJjfbPGolL1jXfMHFMZsIBXqfw_9W5DoAd5F2qkzcZZBrkNuI0I/s320/6.jpg" /></a><br />
a. Anterior corpus collosum<br />
b. Anterior horn ventrikel lateral kiri<br />
c. Ventrikel tiga<br />
d. Kelenjar pineal<br />
e. Protuberantia occipital interna </div><ul><ul><li style="text-align: justify;">Potongan Axial VII</li>
<ul><li style="text-align: justify;">Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang orbita. Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-scan. Modifikasi-modifikasi sudut posisi kepala dilakukan untuk mendapatkan gambarannya adalah tampak :</li>
</ul><ol></ol></ul></ul><div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzNIDls4XpqoNNi9qjEVScHOPBCV4g6CkA8sYydwfN6wiV8GraVZzPtcwFA7OdGKUtAXQLHlALp_Q8qg2pum4SC2u05mnvJu71twQIP_1qA1L49LDx7B0QzKFpU0fWBzQILzWf0cLhWyA/s1600/7.jpg"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzNIDls4XpqoNNi9qjEVScHOPBCV4g6CkA8sYydwfN6wiV8GraVZzPtcwFA7OdGKUtAXQLHlALp_Q8qg2pum4SC2u05mnvJu71twQIP_1qA1L49LDx7B0QzKFpU0fWBzQILzWf0cLhWyA/s320/7.jpg" /> </a><br />
a. Bola mata / occular bulb</div><div style="text-align: center;">b. Nervus optic kanan</div><div style="text-align: center;">c. Optic chiasma</div><div style="text-align: center;">d. Lobus temporal</div><div style="text-align: center;">e. Otak tengah</div><div style="text-align: center;">f. Cerebellum</div><div style="text-align: center;">g. Lobus oksipitalis</div><div style="text-align: center;">h. Air cell mastoid </div><div style="text-align: center;">i. Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid</div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6304360056137560452.post-29305530655216782682010-11-16T21:01:00.001+08:002010-11-16T21:13:32.456+08:00Dasar-Dasar Pencitraan MRI<div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page WordSection1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:411119867;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:2002794048 1695726982 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:46.7pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:46.7pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:457796037;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1925313280 -119520934 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:46.4pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:46.4pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:1385374682;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-633069268 -119520934 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:46.4pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:46.4pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: left;"><b>A. PENDAHULUAN<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen. Tehnik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien Bila pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh manusia akan tampak jelas, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><i>Magnetic Resonance Imaging</i> yang disingkat dengan MRI adalah suatu alat diagnostik mutahir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X ataupun bahan radioaktif.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Hasil pemeriksaan MRI adalah berupa rekaman gambar potongan penampang tubuh/organ manusia dengan menggunakan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Beberapa faktor kelebihan yang dimilikinya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Teknik penggambaran MRI relatif kompleks karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan parameter tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dieva<br />
<a name='more'></a>luasi secara teliti. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain : </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -3.8pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -3.8pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -3.8pt;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 12pt 17.9pt; text-align: justify; text-indent: -3.7pt;">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6pt; text-align: justify;"><b>B. Tipe MRI<o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari : </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 3.3pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>MRI yang memiliki kerangka terbuka (<i>open gantry</i>) dengan ruang yang luas </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 3.3pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>MRI yang memiliki kerangka (<i>gantry</i>) biasa yang berlorong sempit. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Sedangkan bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari : </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 3.3pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>MRI Tesla tinggi ( <i>High Field Tesla </i>) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 3.3pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>MRI Tesla sedang (<i>Medium Field Tesla</i>) memiliki kekuatan 0,5 – T </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 3.3pt;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>MRI Tesla rendah (<i>Low Field Tesla) </i>memiliki kekuatan di bawah 0,5 T. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi karena alat tersebut dapat digunakan untuk teknik <i>Fast Scan </i>yaitu suatu teknik yang memungkinkan 1 gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik, sehingga kita dapat membuat banyak irisan penampang yang bervariasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan banyaknya variasi gambar membuat suatu lesi menjadi menjadi lebih spesifik. </div><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="font-weight: bold;">C.</span></span><b> Prinsip MRI<o:p></o:p></b><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><div style="text-align: justify;">Pasien ditempatkan dalam medan magnet, dan gelombang elektromagnet pulsa diterapkan untuk membangkitkan “objective nuclide” di dalam tubuh. Nuclide yang dibangkitkan akan kembali ke dalam energi semula dan akan melepaskan energi yang diserap sebagai gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet yang dilepas ini adalah sinyal MR. Sinyal ini dideteksi dengan kumparan (coil) untuk membentuk suatu gambar (image).<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Yang perlu diperhatikan dengan memakai MR adalah nucleus (proton di dalam tubuh). Nucleus mempunyai <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">massa</st1:city></st1:place> dan muatan positif serta berputar pada sumbunya. Nucleus yang berputar ini dianggap sebagai suatu magnet batang kecil (small bar magnet). Karena nucleus ditempatkan di dalam <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> magnet statis, maka akan berputar (precession). Ketika suatu pulsa RF yang mempunyai frekuensi sama dengan kecepatan/frekuensi dari putaran diberikan, nucleus menyerap energi dari pulsa (yang disebut gejala resonansi). Pulsa RF adalah gelombang elektromagnet dan disebut pulsa RF (Radio Frequency) karena band frekuensinya. Ketika pulsa RF dimatikan, nucleus kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi yang diserap (yang disebut relaxation). Dengan membuat nucleus memancarkan sinyal ketika melepaskan energi yang diserap, suatu gambar (image) dihasilkan.</span></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmOQzms8XP7HDek0AevnGq9ks58zrhisZpmTaqxLnmIn-ieA4E6C1h0vug8c3_n5OekPeRrG3ZAHXCL4oMao2uExTqheiG7XMJn2YiMF4X2iLABnUd21iFRwQA5N-vzs_t0_PNQV_0QeQ/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmOQzms8XP7HDek0AevnGq9ks58zrhisZpmTaqxLnmIn-ieA4E6C1h0vug8c3_n5OekPeRrG3ZAHXCL4oMao2uExTqheiG7XMJn2YiMF4X2iLABnUd21iFRwQA5N-vzs_t0_PNQV_0QeQ/s400/1.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"TimesNewRoman\,Italic";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
@font-face
{font-family:TimesNewRoman;
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText
{mso-style-unhide:no;
mso-style-parent:Default;
mso-style-link:"Body Text Char";
mso-style-next:Default;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-layout-grid-align:none;
text-autospace:none;
font-size:12.0pt;
font-family:"TimesNewRoman,Italic","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.Default, li.Default, div.Default
{mso-style-name:Default;
mso-style-unhide:no;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-layout-grid-align:none;
text-autospace:none;
font-size:10.0pt;
font-family:"TimesNewRoman,Italic","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-bidi-font-family:"TimesNewRoman\,Italic";}
span.BodyTextChar
{mso-style-name:"Body Text Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Body Text";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
font-family:"TimesNewRoman,Italic","serif";
mso-ascii-font-family:"TimesNewRoman\,Italic";
mso-hansi-font-family:"TimesNewRoman\,Italic";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
@page WordSection1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1948853019;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1025845362 807057752 67698699 17207572 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:45.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:45.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:81.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:81.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l0:level3
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:-;
mso-level-tab-stop:126.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:126.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"TimesNewRoman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:TimesNewRoman;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">D. Instrumen MRI <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari: <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -3.8pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Sistem magnet yang berfungsi membentuk <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> magnet.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang : tipe magnet, efek <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> magnet<i>, magnet shielding ; shimming coil </i>dari pesawat MRI tersebut <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan koil, yaitu: <o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -10.35pt;"><span style="font-family: "TimesNewRoman","serif";">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Gradien coil X, untuk membuat citra potongan sagittal. <o:p></o:p></span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -10.35pt;"><span style="font-family: "TimesNewRoman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gardien coil Y, untuk membuat citra potongan koronal. <o:p></o:p></span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -10.35pt;"><span style="font-family: "TimesNewRoman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gradien coil Z untuk membuat citra potongan aksial . <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk potongan oblik</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCjmPUA2SmO33J_2tTDnUBAMxM_r9invfr6HRjcnTg3tUB3Puau8MKVCLLyCr4nNYYLr7B9dVZQL5MW2U0xDsOehd2l8c51lH4MkPTkeaxFS5zwxoz5lbyjiCtiI_2_NTd1_CUqyvkQ-I/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCjmPUA2SmO33J_2tTDnUBAMxM_r9invfr6HRjcnTg3tUB3Puau8MKVCLLyCr4nNYYLr7B9dVZQL5MW2U0xDsOehd2l8c51lH4MkPTkeaxFS5zwxoz5lbyjiCtiI_2_NTd1_CUqyvkQ-I/s200/2.jpg" width="200" /> </a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"TimesNewRoman\,Italic";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
@font-face
{font-family:TimesNewRoman;
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText
{mso-style-unhide:no;
mso-style-link:"Body Text Char";
mso-style-next:Normal;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-layout-grid-align:none;
text-autospace:none;
font-size:12.0pt;
font-family:"TimesNewRoman,Italic","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
span.BodyTextChar
{mso-style-name:"Body Text Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Body Text";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
font-family:"TimesNewRoman,Italic","serif";
mso-ascii-font-family:"TimesNewRoman\,Italic";
mso-hansi-font-family:"TimesNewRoman\,Italic";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
@page WordSection1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:793526766;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:386453316 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:892228859;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:519982914 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:1948853019;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1025845362 807057752 67698699 17207572 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:45.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:45.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:81.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:81.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l2:level3
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:-;
mso-level-tab-stop:126.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:126.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"TimesNewRoman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:TimesNewRoman;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Sistem frekuensi radio berfungsi membangkitkan dan memberikan radio frekuensi serta mendeteksi sinyal.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Sistem komputer berfungsi untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan memori beberapa citra.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Sistem pencetakan citra, fungsinya untuk mencetak gambar pada film rontgent atau untuk menyimpan citra. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify;">Sebagai inti dari MRI adalah magnet untuk menghasilkan medan magnet statis. Berikut adalah 3 macam magnet yang sekarang dipakai dalam sistem MRI:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -3.8pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Magnet tetap (Permanent Magnet/PM)</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -3.8pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Magnet resistif (Resistive Magnet/RM)</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 17.9pt; text-align: justify; text-indent: -3.7pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Magnet superkonduktif (Superconductive Magnet/SCM)</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 17.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"><b>1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Magnet tetap (Permanent Magnet/PM)<o:p></o:p></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Magnet tetap adalah sama dengan suatu magnet batang. Sistem MRI yang menggunakan suatu magnet tetap dapat dianggap suatu magnet batang yang besar.</span> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyhFWrMp8B6MDX8QkQBHKdw7za-3SNRTRSZx9M7yss2eRIZxlwHK6PFX8IaOHmaSciuImldGjxjp2xud6eqnIn3ol6UtGzfUdFciev1EhXHRWXlITRK8nYXrvnIGLMit3EzRbWreEOy6Q/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="163" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyhFWrMp8B6MDX8QkQBHKdw7za-3SNRTRSZx9M7yss2eRIZxlwHK6PFX8IaOHmaSciuImldGjxjp2xud6eqnIn3ol6UtGzfUdFciev1EhXHRWXlITRK8nYXrvnIGLMit3EzRbWreEOy6Q/s200/3.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
@page WordSection1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:472722409;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:2100463874 67698703 -1583202734 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:1931694271;
mso-list-template-ids:-655985694;}
@list l1:level1
{mso-level-start-at:2;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level2
{mso-level-start-at:4;
mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:36.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level3
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-36.0pt;}
@list l1:level4
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-36.0pt;}
@list l1:level5
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:72.0pt;
text-indent:-54.0pt;}
@list l1:level6
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:72.0pt;
text-indent:-54.0pt;}
@list l1:level7
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-72.0pt;}
@list l1:level8
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:90.0pt;
text-indent:-72.0pt;}
@list l1:level9
{mso-level-legal-format:yes;
mso-level-text:"%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9";
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:108.0pt;
text-indent:-90.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Ciri-ciri sistem MRI yang menggunakan magnet tetap adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Karena tidak ada daya listrik untuk menghasilkan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> magnet, biaya pemakaian sangat rendah.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Sistem sangat berat.</li>
</ol><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 36pt; text-align: justify;">Keuntungan sistem ini adalah biaya pemakaian (running cost) yang sangat rendah dibanding sistem yang lain (magnet kumparan dan magnet superkonduktif).</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><b>2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Magnet Resistif (Resistive Magnet/RM)<o:p></o:p></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Magnet resistif dapat dianggap suatu magnet listrik. Magnet ini menghasilkan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> magnet yang kuat dengan mengalirkan suatu arus listrik yang besar melalui suatu kumparan tembaga, aluminium, atau materi yang lain yang mempunyai hambatan listrik (electric resistance) rendah.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgijNK2Gv-dtlMhTBl179HxeLlBUbbHwnfzEjRT3EWBlWHSeFYLdfIrbNSKrz0jp7eGiFYqHWnjyTWwiSgTNTeIa9c9MeMKS3-ZhtWKi7FDQOc8nkX04UpAAFwPwJkKcuN6awRkR9cDPrk/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgijNK2Gv-dtlMhTBl179HxeLlBUbbHwnfzEjRT3EWBlWHSeFYLdfIrbNSKrz0jp7eGiFYqHWnjyTWwiSgTNTeIa9c9MeMKS3-ZhtWKi7FDQOc8nkX04UpAAFwPwJkKcuN6awRkR9cDPrk/s320/4.jpg" width="320" /></a></div><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
@page WordSection1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1571503149;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1745540208 67698703 2017260054 -548904240 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level3
{mso-level-start-at:3;
mso-level-tab-stop:117.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:117.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Ciri-ciri sistem magnet resistif adalah sebagai berikut:</div><div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -14.7pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Termasuk tidak mahal</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -14.7pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Gampang untuk menangani</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -14.7pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Biaya pemakaian sangat tinggi karena:</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Arus sebesar 200 A mengalir</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Harus ada aliran air untuk pendinginan sistem, karena panas yang terjadi sangat tinggi</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 6pt 0cm 6pt 17.85pt; text-align: justify; text-indent: -17.85pt;"><b>3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Magnet Superkonduktif (Superconductive Magnet/SCM)<o:p></o:p></b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dari 3 macam magnet, magnet superkonduktif mungkin paling tidak dikenal. Magnet ini adalah suatu magnet listrik yang menggunakan suatu kumparan sebagai materi dengan suatu gejala superkonduktif terjadi. Gejala superkonduktif adalah bahwa hambatan listrik (electrical resistance) dari suatu logam menjadi nol bila metal didinginkan dengan temperature yang sangat rendah (-272° C), dan temperature pada saat tersebut disebut temperature kritis (critical temperature) Tc. Hambatan listrik menjadi nol berarti bahwa suatu arus besar dapat mengalir dengan memakai tegangan (voltage) rendah beberapa volt.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-9mSvBuHeYOcwUciT6V3Lmu_YlGicyiZppLCnfzO1k4OJaRWFBrVsrb1tLf7g05dh9rpHnapMbJ-Wmvccm2f8AGN-cG0mHZ7aDBv_cCknwwccWfUgmc00nUP5P9d1BfoxrORB_Sgk0mg/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-9mSvBuHeYOcwUciT6V3Lmu_YlGicyiZppLCnfzO1k4OJaRWFBrVsrb1tLf7g05dh9rpHnapMbJ-Wmvccm2f8AGN-cG0mHZ7aDBv_cCknwwccWfUgmc00nUP5P9d1BfoxrORB_Sgk0mg/s200/5.jpg" width="194" /></a></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span>Ciri-ciri sistem MRI dengan magnet superkonduktif adalah sebagai berikut: <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pemakaian daya listrik sangat rendah dibandingkan dengan sistem magnet kumparan.</div><div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span><st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Medan</st1:place></st1:city> magnet yang kuat dapat dihasilkan karena arus listrik yang cukup besar dapat dialirkan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Untuk mendapatkan temperatur yang sangat rendah, kumparan harus dicelupkan ke dalam helium cair (-272° C).</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Magnet superkonduktif memerlukan biaya daya listrik yang rendah daripada magnet kumparan untuk mendapatkan medan magnet yang kuat, yang membuat magnet superkonduktif lebih berguna, tetapi masalahnya adalah helium cair yang dibutuhkan untuk mendinginkan kumparan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Kekurangan dengan menggunakan helium cair adalah sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm; text-align: justify;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Tidak mudah untuk menangani</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Harga helium cair sangat mahal</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Helium cair menguap pada kecepatan 0,6 sampai 0,7 liter/jam</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Penggunaan kembali helium gas sesudah penguapan adalah sulit</li>
</ol><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 6pt 0cm 6pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;"><b>E.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></b><b>Pelindung untuk MRI<o:p></o:p></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">Dua macam pelindung (shield) sangat penting untuk MRI:</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>MRI dipengaruhi oleh noise radio<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gelombang elektromagnet yang digunakan MRI mempunyai frekuensi yang sama dengan siaran radio. Jika sistem MRI yang dipasang tanpa pelindung (shield), maka akan terpengaruh noise radio serta mempengaruhi mutu gambar (image) yang dihasilkan. Untuk menjamin mutu gambar, seluruh sistem ruang MRI harus diberi pelindung.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcgtvwvkinemdK8RtrD_5gsNdTAUG2oBkhZvdcKlnbZVAbKSAEGCm1D61NMF8ikyy6a1xYwZZG-NO7NGNoJsKuzO40Nb4SlV8n3rZ7W6lXL6pm8r12RewM2dg5-iS1U3e4bruOPQNbUd4/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="131" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcgtvwvkinemdK8RtrD_5gsNdTAUG2oBkhZvdcKlnbZVAbKSAEGCm1D61NMF8ikyy6a1xYwZZG-NO7NGNoJsKuzO40Nb4SlV8n3rZ7W6lXL6pm8r12RewM2dg5-iS1U3e4bruOPQNbUd4/s200/6.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><o:smarttagtype name="City" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"TimesNewRoman\,Italic";
panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText
{mso-style-unhide:no;
mso-style-parent:Default;
mso-style-link:"Body Text Char";
mso-style-next:Default;
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-layout-grid-align:none;
text-autospace:none;
font-size:12.0pt;
font-family:"TimesNewRoman,Italic","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
p.Default, li.Default, div.Default
{mso-style-name:Default;
mso-style-unhide:no;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-layout-grid-align:none;
text-autospace:none;
font-size:10.0pt;
font-family:"TimesNewRoman,Italic","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";
mso-bidi-font-family:"TimesNewRoman\,Italic";}
span.BodyTextChar
{mso-style-name:"Body Text Char";
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Body Text";
mso-ansi-font-size:12.0pt;
mso-bidi-font-size:12.0pt;
font-family:"TimesNewRoman,Italic","serif";
mso-ascii-font-family:"TimesNewRoman\,Italic";
mso-hansi-font-family:"TimesNewRoman\,Italic";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
@page WordSection1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:72701717;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1519131968 1998858880 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-weight:normal;}
@list l1
{mso-list-id:282618465;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1040193838 67698703 67698699 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level2
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;}
@list l2
{mso-list-id:1464075691;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-2066997100 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3
{mso-list-id:1856768740;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1158198678 -1015368214 -1187975680 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l3:level1
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:18.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level2
{mso-level-tab-stop:54.0pt;
mso-level-number-position:left;
margin-left:54.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -3.8pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>MRI dipengaruhi bahan magnet (pengaruh luar terhadap sistem MRI)</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Jika ada suatu benda dari bahan magnet di sekeliling MRI, akan mengganggu uniformity dari <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">medan</st1:city></st1:place> magnet yang menyebabkan mutu gambar menjadi rendah. Pelindung magnet tidak diperlukan karena kasus ini tergantung pada kondisi sekeliling.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 6pt 0cm 6pt 7.1pt; text-align: justify;"><b>F. Artefak pada MRI dan Upaya Mengatasinya <o:p></o:p></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify;">Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya terdiri dari :</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Kesalahan geometric</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Kesalahan algoritma<b><o:p></o:p></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Kesalahan pengukuran attenuasi. <b><o:p></o:p></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 7.1pt; text-align: justify;">Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari : </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung gerakan per-nafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan lain-lain. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Artefak yang terjadi karena perubahan kimia dan pengaruh magnet. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Artefak yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -10.9pt;">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran akibat faktor kesala-han geometri, kebocoran dari tabir radio-frekuensi. Akibat adanya artefak – artefak tersebut pada gambaran akan tampak : gambaran kabur, terjadi kesalahan geometri, tidak ada gambaran, gambaran tidak bersih, terdapat garis–garis dibawah gambaran, gambaran bergaris garis miring, gambaran tidak beraturan. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Upaya untuk mengatasi artefak pada gambaran MRI, antara lain dilakukan dengan cara :<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Waktu pemotretan dibuat secepat mungkin memeriksa keutuhan tabir pelindung radio frekuensi<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Menanggalkan benda-benda yang bersifat ferromagnetic bila memungkinkan<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Perlu kerja sama yang baik dengan pasien.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span>Pengambilan sample/gambar sebaiknya lebih dari satu kali.<span style="font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif";">Pengolahan citra yang dilakukan pada komputer (image processing) harus sebaik mungkin.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><o:p> <b>G. </b></o:p><b>Aplikasi Klinik Pemeriksaan M R I<o:p></o:p></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><o:p> </o:p></b>Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dan lain-lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh aksial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada: kelenjar pituitary, lobang telinga dalam, rongga mata, sinus.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak, pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pemeriksaan <i>Musculo-skeletal</i> untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan tanga<i>n, </i>pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain. </div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli.</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">REFERENSI</span></b></div><div style="text-align: justify;"><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CAXIOO%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-alt:"MS 明朝";
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"\@MS Mincho";
panose-1:2 2 6 9 4 2 5 8 3 4;
mso-font-charset:128;
mso-generic-font-family:modern;
mso-font-pitch:fixed;
mso-font-signature:-536870145 1791491579 18 0 131231 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-fareast-font-family:"MS Mincho";}
@page WordSection1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:643005283;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-436674440 67698689 -648887212 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l0:level2
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:-;
mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>NN, Alat Radiologi IV, Akademi Teknik Elektromedik</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: -18pt;">-<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span>www.litbang.depkes.go.id/media/data/mri.pdf </div> <span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">- http://en.wikipedia.org/wiki/Magnetic_resonance_imaging#Background_information</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></div>Ajunk Artawijaya IGNhttp://www.blogger.com/profile/15191283725068965950noreply@blogger.com0