Friday, January 8, 2010

EVALUASI MEDIA KONTRAS INTRAVASCULAR PADA IBU MENYUSU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Seiring ditemukannya modalitas pencitraan radiografi yang canggih seperti CT – Scanning dan MRI, maka diagnostik imejing saat ini tidak lagi hanya sebatas foto rontgen konvensional tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis pemeriksaan radiologi dengan berbagai kelebihan. Salah satunya yakni pemeriksaan radiologi dengan menggunakan bantuan media kontras, yakni suatu bahan yang digunakan untuk melihat jaringan tubuh yang tidak terlihat (samar) dalam pemeriksaan radiodiagnostik.
Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X. (Bahan kontras positif) atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas). Ada berbagai macam jenis kontras tergantung dari muatannya, cara peberian dan lain sebagainya.Yang akan dibahas lebih lanjut di sini adalah evaluasi mengenai pemberian bahan contras pada sebuah pencitraan diagnostic medic melalui intravascular (intra vena) khususnya pada ibu menyusui.
Dan pada kesempatan kali ini akan dicoba dibahas mengenai evaluasi media kontras intravaskular pada ibu menyusui sekaligus berbagai hal yang perlu diperhatikan di dalam pemberiannya, efek samping, dan lain sebagainya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana alur dari media kontras intravaskular di dalam tubuh?
  2. Bagaimana pengaruh media kontras intravaskular terhadap ibu menyusui?
1.3. Tujuan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1.         Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh media kontras intravaskular terhadap ibu menyusui.
1.3.2.         Tujuan Khusus
  1. Mengetahui alur dari perjalanan media kontras intravaskular.
  2. Mengetahui anatomi dari payudara.
  3. Mengetahui efek negatif media kontras intravaskular pada anak-anak.
1.4.      Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
  1. Memberikan gambaran mengenai alur media kontras intravasculer.
  2. Memberikan gambaran mengenai pengaruh media kontras intravasculer terhadap ibu menyusui.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.      Media Kontras Intravaskular

Yang dimaksud dengan media kontras adalah suatu bahan untuk melihat jaringan tubuh yang tidak terlihat (samar) dalam pemeriksaan radiodiagnostik (seperti : X-ray, magnetic, ultrasound). Organ tubuh yang dimaksud seperti : usus, rongga tubuh, saluran kemih/ampedu, tuba faloppi, ginjal, pembuluh darah, tumor, limpa, kelenjar, sumsum tulang, cairan tubuh, dll.
  • Jenis Media Kontras
Media kontras secara umum dibedakan menjadi 2 yaitu :
  • Media Kontras Positif (+)
Media kontras (+) memberikan efek gambaran opaque (putih) dalam radiograf. Tersusun dari bahan yang mempunyai nomor atom lebih tinggi dari jaringan dan aman terhadap kemampuan interstitial tubuh.
  • Media Kontras Negatif (-).
Media kontras (-) memberikan efek gambaran luzen (hitam) dalam radiograf. Tersusun dari bahan yang mempunyai no atom yang lebih rendah dari jaringan. Tidak dapat dimasukkan pada organ-organ tertentu misal pembuluh darah.
Salah satu jenis media kontras (+) yang paling sering dipergunakan untuk pemeriksaan radiografi baik konvensional, sedang dan canggih yang cara pemasukannya melalui pembuluh darah baik dimasukkan melalui intravena ataupun arteri langsung adalah media kontras intravascular. Media kontras ini memberikan “contras enhancement” yang lebih baik karena memiliki no atom lebih tinggi dari jaringan. Selain itu media kontras jenis intravaskular sangat mudah untuk diserap oleh lumen atau sel tubuh, sehingga meskipun masuk ke dalam pembuluh darah, tidak menyebabkan vaskularisasi tubuh.
Bahan yang sering dipergunakan pada bahan media kontras intravaskuler adalah komposisi yang mengadung iodiom. Iodium merupakan atom yang cukup besar, mempunyai dentsitas yang tinggi, dapat menghambat sinar-X, mempunyai opasitas yang baik, sehingga merupakan media kontras yang efektif.
Sifat senyawa Iodium yaitu :
  • Larut dalam dalam air
  • Mengandung ion yang sering disebut Media kontras ionic
  • Tidak mengandung ion disebut media kontras nonionic.
Perbedaan kedua media kontras tersebut diatas terletak pada 3 hal utama yaitu : nilai osmolalitas (menyebabkan tekanan darah meningkat, sensasi rasa panas dan panas), Ion charge (perubahan EEG, gangguan neurologis, bradikardia) dan kemotoksisitas (menyebabkan muntah, nausea, reaksi alergi, broncospasme, dan reaksi anafilaktik).
Media kontras Iodium yang larut dalam air dibedakan menjadi 4 yaitu :
  • Monomer ionic
Biasa digunakan dalam oral cholegrafi (Iopodote, Iocetamic acid, dll), dan Uro/angiografi (Iothalamate, diatrizoat, Ioxithalamat, ioglicic Acid, Iodamic acid).
  • Monomer nonionic
Biasa digunakan dalam uro/angiografi (seperti iopamidol, Iohexol, Iopramide, Ioversol, Iopentol).
  • Dimer ionic
Biasa digunakan dalam i.v cholegrafi (Iodipamic Acid, iodoxamid acid, Iotroxic acid) dan Angiografi ( Ioglaxic Acid).
  • Dimer nonionic
Biasa digunakan untuk pemeriksaan myelografi (seperti Iotrolan).
2.2. Komposisi Media Kontras Yang Perlu Diperhatikan Pada Media Kontras Intravaskular.
  • Osmolalitas
Yang dimaksud osmolalitas adalah tekanan osmotic yang didapat pada partikel yang dilarutkan dalam sebuah larutan tertentu. Semakin tinggi tekanan osmotic, maka semakin buruk tingkat toleransi suatu media kontras dalam tubuh, sebaliknya semakin mendekati tekanan osmotic darah ( 300 mOsm/Kg ) suatu kontras media semakin baik toleransinya.
Secara klinis pengaruh osmolalitas adalah :
-          Rasa panas, tidak nyaman, nyeri
-          Kerusakan pada pertahanan otak
-          Kerusakan ginjal
-          Gangguan keseimbangan elektrolit pada anak-anak

  • Molekul Iodium
Semakin tinggi jumlah molekul iodium yang dikandung oleh media kontras, makin tinggi kontras/opasitas image yang dihasilkan.
  • Protein Binding
Semakin tinggi daya ikat suatu bahan media kontras terhadap jaringan atau sel tubuh (protein) semakin tinggi chemotoxicity atau daya racun bahan media kotras tersebut (lama bertahan dalam tubuh).
  • Kekentalan / viscositas
Semakin tinggi viskositas suatu media kontras, semakin lama proses penyuntikan yang dilakukan, semakin sakit..
  • Histamin Release
Menunjukkan tingkat kepekaan/penolakan tubuh terhadap benda asing yang masuk. Semakin tinggi tingkat histamine release oleh suatu media kontras semakin tinggi tingkat alergi pada pasien.
2.3.      Reaksi Negatif Media Kontras Pada Anak-Anak
Jumlah Reaksi kontras pada anak-anak lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa. Mereka cenderung memiliki reaksi anaphylactoid dibandingkan dengan masalah jantung. Telah dilaporkan adanya reaksi ringan sebesar 3% untuk media kontras ionic dan 0,9% untuk LOMK (Low Osmolality Media Kontras). Dalam beberapa reaksi yang jarang terjadi, LOMK memiliki kelebihan menurunkan reaksi muntah, mual, dan mengurangi morbiditas dari ekstravasasi jaringan lunak.
Pada anak-anak jenis reaksi akibat penggunaan media kontras adalah :
  • Reaksi ringan
Meliputi hives, rhinorhea, dan mendengkur. Personal yang sudah terlatih harus mengevaluasi secepatnya.
  • Reaksi berat
Meliputi bronchospasme, laryngeal oedema, shock anaphylactoid, edema pulmonary, dan berhentinya detak jantung.
2.4.      Anatomi Payudara
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui. Setiap bola memberikan makanan ke dalam pembuluh tunggal lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui puting susu. Sebagai hasilnya, terdapat 15-20 saluran puting susu, mengakibatkan banyak lubang pada puting susu. Di belakang puting susu pembuluh lactiferous agak membesar sampai membentuk penyimpanan kecil yang disebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses). Setiap lubang berdiameter 2-4 mm (0,08-0,16 inci). Lemak dan jaringan penghubung mengelilingi bola-bola jaringan kelenjar. Sejumlah jaringan lemak bergantung pada banyaknya faktor termasuk usia, persentase lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang Cooper menghubungkan dinding dada pada kulit payudara, memberikan bentuk pada payudara dan keelastisannya.

Anatomi Payudara

Puting susu dan areola terletak di bagian tengah setiap payudara. Biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat, sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Teksturnya dapat bermacam-macam antara sangat halus sampai berkerut dan bergelombang. Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara. Areola semacam daerah pigmen yang mengelilingi puting susu. Ukurannya bermacam-macam tergantung dari setiap wanita. Dan beberapa ukuran yang bermacam-macam itu normal dari tiap payudara pada wanita yang sama. Puting susu dan areola disusun oleh urat otot yang lembut dan merupakan sebuah jaringan yang tebal berupa urat saraf berada di ujungnya. Puting susu menjadi tegak sebagai hasil dari kontraksi otot bukan karena adanya penyerapan darah. Puting susu yang menjadi tegak bukan disebabkan oleh puting susu itu sendiri merupakan indikasi gairah seksual. Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan sebagai hasil dari beberapa bentuk perangsangan seksual yang alami dan puting susu seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia terangsang secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat berbentuk gelombang-gelombang naik dan sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan meminyaki puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu menonjol ke dalam atau rata dengan permukaan payudara. Keadaaan tersebut kemudian ditunjukkan sebagai puting susu terbalik dan tidak satu pun dari keadaan tersebut yang memperlihatkan kemampuan seorang wanita untuk menyusui, yang berdampak negatif.



Breast Gland
Laktasi
Saat kehamilan mempersiapkan payudara untuk menyusui, hal tersebut tidak memicu produksi susu. Selama masa kehamilan, payudara biasanya menjadi lebih besar seiring dengan meningkatnya jumlah dan ukuran kelenjar alveoli sebagai hasil dari peningkatan kadar estrogen. Hal ini terjadi sampai seorang bayi telah disusui untuk beberapa hari di mana produksi susu yang sebenarnya dimulai. Untuk beberapa hari pertama payudara mengeluarkan kolostrum yang sangat penting bagi kesehatan seorang bayi. Ketika seorang bayi mulai menyusui pada puting seorang wanita, hasil perangsangan fisik menyebabkan impuls. Impuls pada ujung saraf dikirim ke kelenjar Hypothalamus di otak di mana secara bergantian memberitahu kelenjar Pituitary yang juga berada di otak untuk menghasilkan dua hormon yang disebut Oxytocin dan Prolactin. Prolactin menyebabkan susu diproduksi dan Oxytocin menyebabkan serat otot yang mengelilingi kelenjar Alveoli mengerut seperti pada otot rahim. Saat serat otot di sekeliling kelenjar alveoli berkerut menyebabkan susu menjadi keluar yang disebut sebagai “aliran” dan dapat menimbulkan sensasi dalam payudara dan menyemprotkan susu dari putingnya. Suara tangisan bayi juga dpat memicu aliran, yang memperlihatkan bagaimana produksi susu dapat dipengaruhi secara psikologi dan kondisi lingkungan sama seperti saat menyusui. Saat menyusui, foremilk, disimpan dalam alveoli dan lactiferous sinuses akan tetapi kebanyakan dari susu, hindmilk, diproduksi berdasarkan permintaan. Payudara tidak menyimpan susu, tetapi memproduksinya berdasarkan permintaan. Semakin besar permintaan, semakin banyak susu yang diproduksi. Payudara tidak bisa dibandingkan dengan botol susu

2.5. Proses Pembentukan ASI
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI (Suharyono, 1990). Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan (suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan menstimulasi sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan (ejection) ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu.
Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang  dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah. ASI matang adalah ASI yang dihasilkan ³ 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata volume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 – 1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 – 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan adalah 400 – 600 gr/hari, dan bayi usia 6 bulan adalah 350 – 500 gr/hari. Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.









BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1. Alur Media Kontras Intravaskular
Media kontras intravascular dimasukkan ke dalam tubuh lewat melalui vena dengan cara diinjeksikan. Kontras mengalir melalui darah kemudian masuk ke dalam jantung. Pertama darah masuk melalui atrium kanan kemudian ke ventrikel kanan. Darah kemudian menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis dan pada paru-paru terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Darah yang mengandung oksigen kembali ke jantung melalui vena pulmonalis memasuki atrium kiri dan menuju ventrikel kiri. Setelah itu darah keluar dari jantung melalui arteri dan menuju ke seluruh tubuh.

Alur Media Kontras Intravascular
Alur Media Kontras Intravascular
3.2. Pengaruh Media Kontras Intravascular Terhadap Proses Menyusui
Tidak ada sumber yang mengatakan secara pasti bahwa mengenai efek negatif pemberian media kontras intravaskular terhadap ibu menyusui. Namun karena air susu ibu dihasilkan oleh hormon prolaktin, dimana prolaktin berfungsi meningkatkan produksi air susu ibu oleh kelenjar-kelenjar mamae di dalam payudara. Hormon yang disekresikan langsung masuk ke dalam aliran darah untuk didistribusikan menuju organ tempat pengeluarannya (payudara).
Karena hasil dari sekresi hormon tersebut didistribusikan lewat darah, dan  darah pada ibu menyusui mengandung media kontas intravaskular, otomatis ASI akan mengandung unsur-unsur dari media kontras tersebut (misanya iodium).
Oleh karena itu dikhawatirkan, apabila bayi dari si ibu mengkonsumsi ASI tersebut, bayi akan menerima efek dari media kontras tersebut. Maka dari itu, disarankan kepada ibu menyusui yang menjalani pemeriksaan media kontras intravaskular agar tidak menyusui bayinya setelah melakukan pemeriksaan tersebut.

BAB IV
PENUTUP

4.1.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain :
  • Alur media kontras adalah:
Media kontras masuk lewat vena -> atrium kanan -> ventrikel kanan -> arteri pulmonalis -> paru-paru -> vena pulmonalis -> atrium kiri -> ventrikel kiri -> arteri -> seluruh tubuh
  • Tidak ada pengaruh signifikan media kontras intravaskular terhadap ibu menyusui. Tetapi karena hasil dari sekresi hormon tersebut didistribusikan lewat darah, dan  darah pada ibu menyusui mengandung media kontas intravaskular, otomatis ASI akan mengandung unsur-unsur dari media kontras tersebut (misanya iodium). Karena hal tersebut dapat membahayakan bayi dari ibu tersebut, maka pemberian ASI harus dihentikan.
4.2.      Saran
Saran yang ingin kami utarakan menyangkut penyusunan makalah ini adalah meskipun tidak ada efek negatif dari media kontras intravaskular terhadap ibu menyusui, tetapi hendaknya kita selalu memperhatikan resiko pemberian media kontras intravaskular khususnya pada ibu menyusui.


DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi, Drs. Bogod dan Dra. Siti Laila, Mpd. 2005, Biology Sains Dalam Kehidupan. Jakarta : Yudhistira.
http://www.menyusui.net/diet-ibu-anak/obat-obatan-dan-ibu-menyusui/

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih telah mampir. Silahkan berikan komentar anda. Salam.