Sunday, January 3, 2010

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI LUTUT (KNEE) PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Anda sering merasakan nyeri pada lutut ketika bangun dari jongkok atau naik tangga? Mungkin Anda menderita osteoarthritis!
Osteoarthritis memang tidak sepopuler osteoporosis atau tulang keropos. Namun osteoarthritis merupakan salah satu jenis dari keluarga besar penyakit Arthritis yang paling sering terjadi. Literatur menunjukkan 1 dari 6 populasi menderita penyakit OA ini. Data yang dilansir oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyebutkan 40 persen penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun akan menderita osteoarthritis lutut. Dari jumlah tersebut, 80 persen di antaranya berdampak pada keterbatasan gerak. Osteoarthritis termasuk penyakit nomor dua setelah penyakit jantung yang mengganggu aktivitas kita. Walaupun tidak menimbulkan kematian tetapi bisa mengganggu aktivitas penderitanya dan menyebabkan gangguan dalam produktivitas karena menyebabkan sendi lutut terasa nyeri, kaku, dan bengkak sehingga seringkali menyebabkan gerak sendi terbatas.
Sendi yang biasanya menjadi korban osteoarthritis adalah sendi yang memikul berat badan, misalnya sendi lutut. Lutut merupakan sendi yang paling banyak menerima tekanan beban. Sendi lain yang juga bisa terkena osteoarthritis yaitu sendi di tulang belakang, sendi panggul, pergelangan kaki, dan pangkal ibu jari kaki.
Salah satu cara untuk mendiagnosa  gejala OA sejak dini ialah dengan melakukan pemeriksaan radiografi (rontgen). Maka dari itu mahasiswa ATRO BALI sebagai calon ahli madya radiographer sudah seyogyanya memahami dengan benar teknik pemeriksaan radiografi pada penderita osteoarthritis.

1.2       Tujuan
            Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1    Tujuan Umum
  1. Mahasiswa dapat memperdalam pemahamannya mengenai prinsip-prinsip dasar serta berbagai istilah pemeriksaan radiografi terkait keterlibatannya nanti setelah menjadi radiografer di dalam dunia radiogarafi, khususnya di dalam pemeriksaan kasus OA.



  2. Agar mahasiswa memiliki bekal dasar untuk menyelesaikan mata kuliah lainnya di dalam mengikuti perkuliahan pada tingkat berikutnya.
  3. Mempererat hubungan antara mahasiswa dengan dosen pengajar maupun dosen pembimbing, terutama di dalam pembahasan materi-materi pada saat proses belajar mengajar.

1.2.2     Tujuan Khusus
  1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar pemeriksaan radiografi pada penderita osteoarthritis (OA) di dalam tuajuannya untuk menegakan diagnosa.
  2. Agar mahasisawa lebih paham dan terbiasa dengan berbagai istilah-istilah, baik istilah dalam pemposisian pasien, istilah-istilah bagian tubuh, proyeksi, posisi radiografi, proteksi radiasi dan hal penting lainnya,  terutama pada kasus OA.
  3. Mahasiswa dapat dengan baik dan benar mempraktekan pemposisian radiografi pada pemeriksaan OA dan dapat menerapkannya nanti di dalam dunia kerja sebagai seorang radiografer.
Mahasiswa mengetahui apa yang membedakan posisi pemeriksaan knee (lutut) secara umum dengan posisi pemeriksaan knee pada khasus OA (osteoarthritis).

BAB II
OSTEOARTHRITIS (OA)

2.1       Anatomi Fisiologi dan Biomekanik Sendi Lutut
  •    Anatomi Fisiologi Sendi Lutut
               Sendi lutut terdiri dari hubungan antara :
               (1) os femur dan os tibia (tibio femorale joint),
               (2) os femur dan os patella (patello femorale joint) dan
               (3) os tibia dan os fibula (tibia fibulare proximalis joint).
Sendi lutut (knee joint) merupakan sendi yang paling unik dibandingkan sendi-sendi yang lain dalam tubuh manusia, karena tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada kesesuaian bentuk seperti pada persendian yang lain. Sebagai kompensasi ketidaksesuaian bentuk persendian ini terdapat meniscus, kapsul sendi, bursa dan diskus yang memungkinkan gerakan sendi ini menjadi luas, sendi ini juga diperkuat oleh otot-otot besar dan berbagai ligamentum sehingga sendi menjadi kuat dan stabil (Tajuid, 2000).
Otot disekitar lutut mempunyai fungsi sebagai stabilitas aktif sekaligus sebagai penggerak dalam aktifitas sendi lutut, otot tersebut antara lain: m.quadriceps femoris (vastus medialis, vastus intermedius, vastus lateralis, rectus femoris). Keempat otot tersebut bergabung sebagai grup ekstensor sedangkan grup fleksor terdiri dari: m.gracilis, m.sartorius dan m.semi tendinosus. Untuk gerak rotasi pada sendi lutut dipelihara oleh otot-otot grup fleksor baik grup medial/ endorotasi (m.semi tendinosus, semi membranosus, sartorius, gracilis, popliteus) dan grup lateral eksorotasi (m.biceps femoris, m.tensor fascialata) (Pudjianto,2002). Untuk memperkuat stabilitas pergerakan yang terjadi pada sendi lutut maka di dalam sendi lutut terdapat beberapa ligamen, yaitu ligamen cruciatum anterior dan posterior yang berfungsi untuk menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan (eksorotasi). Ligamen cruciatum posterior berfungsi untuk menahan bergesernya tibia ke arah belakang. Pada gerakan endorotasi kedua ligamen cruciatum menyatu, yang mengakibatkan kedua permukaan sendi tertekan, sehingga saling mendekat dan kemampuan bergerak antara tibia dan femur berkurang. Pada gerakan eksorotasi, kedua ligamen cruciatum saling sejajar, sehingga pada posisi ini sendi kurang stabil. Di sebelah medial dan lateral sendi lutut terdapat ligamen collateral medial dan lateral. Ligamen collateral medial menahan gerakan valgus serta eksorotasi, sedangkan ligamen collateral lateral hanya menahan gerakan ke arah varus. Kedua ligamen ini menahan bergesernya tibia ke depan dari posisi fleksi lutut 900 (De Wolf, 1974).
         Sedangkan dalam hubungan yang simetris antara condylus femoris dan condylus tibia dilapisi oleh meniscus dengan struktur fibrocartilago yang melekat pada kapsul sendi. Meniscus medialis berbentuk seperti cincin terbuka “C” dan meniscus lateralis berbentuk cincin “O”. Meniscus ini akan membantu mengurangi tekanan femur atas tibia dengan cara menyebarkan tekanan pada cartilago articularis dan menurunkan distribusi tekanan antara kedua condylus, mengurangi friksi selama gerakan berlangsung, membantu kapsul sendi dan ligamentum dalam mencegah hiperekstensi lutut dan mencegah capsul sendi terdorong melipat masuk ke dalam sendi (Tajuid, 2000).
Sendi lutut juga memiliki capsul sendi artikularis yang melekat pada cartilago artikularis, di dalam sendi, synovial membran melewati bagian anterior dari perlekatan ligamen cruciatum sehingga ligamen cruciatum dikatakan intraartikuler tetapi extracapsuler (Tajuid, 2000).



Gb. 1. Anatomi sendi lutut sehat dan terserang OA

  • Biomekanik / Pergerakan Sendi Lutut
Aksis gerakan fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi yaitu melewati condylus femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus medialis. Lingkup gerak sendi ekstensi 500 - 1000 hiperekstensi. Gerakan ekstensi dibatasi oleh ketegangan kapsul dan ketegangan ligamen dan twisting ligamen. Sedangkan untuk gerakan fleksi lingkup gerak sendi berkisar 1400-1500. Gerakan fleksi dibatasi kontaknya otot-otot jaringan lunak tumit dan bagian posterior paha.
         Menurut Fick, rotasi lutut maksimal yaitu sebesar 500 terjadi pada saat lutut fleksi 900. Gerakan rotasi juga sangat penting dalam gerakan fleksi dan ekstensi lutut. Pada saat gerakan ekstensi mendekati akhir gerak (150 – 200) terjadi rotasi eksternal tibia terhadap femur, demikian sebaliknya sewaktu gerakan awal fleksi (150 – 200) akan terjadi rotasi internal tibia terhadap femur. Penggerak gerakan lutut ke arah dalam adalah m.popliteus, m.gracilis dan dibantu oleh hamstring bagian dalam. Sedangkan penggerak rotasi ke arah luar adalah m.biceps femoris dan m.tensor fascialata (Kapandji, 1987).

2.2       Definisi dan Patologi Osteoarthritis (OA)
            2.2.1.   Definisi Osteoarthritis
               Osteoarthritis atau juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai perubahan klinis, histologi dan radiologis (Kuntono,2005). Osteoarthritis secara patologis dicirikan dengan penurunan secara progresif dan akhirnya hilangnya kartilago sendi dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi dan pada tulang subkondral (Garrison, 1996).
Osteoarthritis merupakan bentuk radang sendi yang serius, salah satu jenis rematik atau rasa sakit di tulang. Osteoartritis bermula dari kelainan pada tulang rawan sendi, seperti kolagen dan proteoglikan. Akibat dari kelainan pada sel-sel tersebut, tulang rawan akhirnya menipis dan membentuk retakan-retakan pada permukaan sendi. Rongga kecil akan terbentuk di dalam sumsum dari tulang di bawah tulang rawan tersebut, sehingga tulang yang bersangkutan menjadi rapuh. Tubuh kita akan berusaha memperbaiki kerusakan tersebut, tetapi perbaikan yang dilakukan oleh tubuh tidak memadai, mengakibatkan timbulnya benjolan pada pinggiran sendi atau osteofit yang terasa nyeri. Pada akhirnya, permukaan tulang rawan akan berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang sehingga sendi tidak lagi bisa bergerak secara halus. Semua komponen yang ada pada sendi mengalami kegagalan dan terjadi kekakuan sendi.
Sendi yang biasanya menjadi sasaran penyakit ini adalah sendi yang sering digunakan sebagai penopang berat badan seperti sendi lutut, sendi tulang belakang, dan sendi panggul. Selain itu juga pada sendi tangan/kaki. Jika tidak diobati, sakit akan bertambah sampai tidak bisa berjalan. Selain itu, tulang bisa mengalami perubahan bentuk atau deformity. Jika dibiarkan, osteoarthritis dapat menyebabkan cacat permanen pada tulang. Bentuk tulang bisa berubah menjadi bengkok baik ke dalam maupun keluar. Untuk itu penyakit tersebut perlu diwaspadai karena mempunyai dampak jangka panjang. Dampak tersebut baru dirasakan penderita 10 tahun kemudian. Untuk mengetahui gejalanya, harus lewat pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Bila ada laju endap darah dan kolesterol meningkat maka dapat diidentifikasi sebagai gejala osteoarthitis sehingga perlu segera diobati.
Osteoarthritis adalah suatu penyakit degeneratif. Ini merupakan aging process yang biasanya terjadi pada mereka yang berada di kelompok usia 50 tahun ke atas. Namun penyakit ini juga bisa menyerang segala usia, termasuk 300 ribu anak di Amerika Serikat menderita penyakit ini.
Ada dua macam Osteoarthritis :
1.      Osteoarthritis Primer : dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang punggung, leher, danjari-jari.
2.      Osteoarthritis Sekunder: dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik.
2.2.2.   Etiologi/Penyebab Osteoarthritis
Etiologi/ penyebab dari penyakit degeneratif pada sendi ini belum diketahui dengan pasti tetapi banyak faktor yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, antara lain:
a.       Usia, merupakan faktor resiko tertinggi untuk osteoarthritis. Peningkatan prevalensi osteoarthritis dijumpai seiring dengan peningkatan usia. Pada survey radiografik terhadap perempuan berusia kurang dari 45 tahun, hanya 2 % menderita osteoarthritis; namun, antara usia 45 tahun dan 65 tahun prevalensinya 30 %, sedangkan untuk yang berusia lebih dari 65 tahun angkanya 68 %. Pada laki-laki, angkanya serupa tetapi sedikit lebih rendah pada kelompok usia tua (Cash, 2000).
b.      Obesitas, pada keadaan normal berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah/ sentral sendi lutut. Sedangkan pada orang yang mengalami obesitas, resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima sendi lutut tidak seimbang (Parjoto, 2000). Pada orang yang memiliki indeks massa tubuh berada di quintile tertinggi pada pemeriksaan dasar, resiko relatif mengalami OA lutut dalam 36 tahun mendatang adalah 1,5 untuk laki-laki dan 2,1 untuk perempuan. Untuk OA lutut yang parah, resiko relatif meningkat menjadi 1,9 untuk laki-laki dan 3,2 untuk perempuan, yang mengisyaratkan bahwa kegemukan berperan lebih besar dalam etiologi kasus OA lutut yang parah (Brandt, 2000).
c.       Pekerjaan aktivitas fisik yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai resiko terserang OA lebih besar (Parjoto, 2000). Osteoarthritis lebih sering terjadi pada sendi yang digerakkan secara berulang daripada sendi lain di tangan. Laki-laki yang pekerjaannya memerlukan penekukan lutut dan paling sedikit tuntutan fisik tingkat sedang lebih sering memiliki tanda radiografik OA lutut, dan gambaran radiografiknya cenderung lebih berat daripada laki-laki yang pekerjaannya tidak memerlukan keduanya (Kalim, 1996).
d.      Jenis kelamin, wanita lebih banyak daripada pria (Parjoto, 2000). Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan laki-laki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA (Kalim, 1996).
e.       Faktor hormonal/ metabolisme, diabetes melitus berperan sebagai predisposisi timbulnya OA. Meskipun belum ada bukti yang jelas bahwa faktor hormonal terlibat sebagai penyebab OA. Bagaimanapun, perubahan degeneratif di lutut dan spine pada umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit diabetes. Pasien yang mengalami hypothyroid biasanya/ sering mengeluh nyeri pada otot, tapi angka kejadian OA tidak meningkat pada kasus ini (Moll, 1987).
f.       Suku bangsa, prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA tampaknya terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan (Kalim, 1996).
g.      Riwayat imobilisasi.
h.      Riwayat trauma atau radang di persendian sebelumnya
i.        Adanya stress pada sendi yang berkepanjangan, misalnya pada olahragawan.
j.        Adanya kristal pada cairan sendi atau tulang rawan
k.      Densitas tulang yang tinggi
l.        Neurophaty perifer
2.2.3.        Patologi Osteoarthritis
Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan tulang subkondral. Pada saat penyakit aktif, salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses terjadi bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya lingkup gerak sendi (LGS) lutut, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya dibandingkan dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama yang tidak menderita OA lutut. Penurunan kekuatan terutama disebabkan oleh atrofi otot tipe II B yang bertanggungjawab untuk menghasilkan tenaga secara cepat.
Perubahan - perubahan yang terjadi pada OA adalah sebagai berikut:
a.       Degradasi rawan. Perubahan yang mencolok pada OA biasanya dijumpai di daerah tulang rawan sendi yang mendapatkan beban. Pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada normal, tetapi seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis, tulang rawan melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah vertikal (fibrilasi). Dapat terbentuk ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang. Dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa, tetapi mutu jaringan perbaikan lebih rendah daripada kartilago hialin asli, dalam kemampuannya menahan stres mekanik. Semua kartilago secara metabolis aktif, dan kondrosit melakukan replikasi, membentuk kelompok (klon). Namun, kemudian kartilago menjadi hiposeluler (Brandt, 2000). Proses degradasi yang timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10 – 15 tahun, sedang yang lambat 20 – 30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi (Parjoto, 2000).
b.   Osteofit. Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi. Reparasi berupa pembentukan osteofit di tulang subkondral (Parjoto, 2000).
c.    Sklerosis subkondral. Pada tulang subkondral terjadi reparasi berupa sclerosis (pemadatan/ penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak) (Parjoto, 2000).
    d.     Sinovitis.
Sinovitis adalah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matriks rawan sendi yang putus terdiri dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan yang bersifat immunogenik dan dapat mengaktivasi leukosit. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan. Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut terjadi tekanan tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang botak. Cairan ini akan didesak ke dalam celah-celah tulang subkondral dan akan menimbulkan kantong yang disebut kista subkondral (Parjoto, 2000).



Gb. 2. Pathology Knee OA

2.3.      Tanda dan Gejala Klinis Osteoarthritis
            Penyakit ini bisa tanpa gejala (asimptomatik), artinya walaupun menurut hasil X-ray hampir 70% diantara kita yang melewati usia 70 tahun dideteksi menderita penyakit OA, tetapi hanya setengahnya yang mengeluhkan gejalanya, sedangkan sisanya hidup secara normal. Nyeri adalah keluhan yang paling sering disampaikan oleh penderita OA. Nyeri terutama pada sendi penyangga berat badan, nyeri kalau berjalan terutama kalau naik turun tangga, nyeri saat tidak melakukan aktifitas terutama di malam hari sering terjadi pada penderita dengan OA (Borenstein, 1999). Tetapi semakin berat penyakit, nyeri akan muncul hanya dengan gerakan sendi yang minimal, bahkan ketika istirahat (Tulaar, 2005).
            Secara klinis OA dibagi dalam 3 tingkatan:
a.         Subklinis.
Tidak ditemukan gejala/ tanda klinis. Hanya secara patologis dapat ditemukan peningkatan jumlah air, pembentukan bulla/ blister dan fibrilasi serabut-serabut jaringan ikat collagen pada tulang rawan sendi. Sedangkan pada tulang subkondral terjadi sclerosis.
b.        Manifest.
Timbul adanya nyeri pada saat bergerak (pain of motion) dan rasa kaku pada permulaan gerak, telah terjadi kerusakan sendi yang lebih luas, pada foto Rontgen tampak penyempitan ruang sendi (joint space) dan sclerosis tulang subkondral.
c.         Decompensated.
Stadium ini disebut juga surgical state. Ditandai dengan timbul rasa nyeri pada saat istirahat (pain on rest) dan pembatasan lingkup gerak sendi lutut (ROM = Range Of Motion). Terjadi akibat penyakit telah menjadi progresif dan seluruh tulang rawan sendi rusak. Tulang subkondral menjadi sangat sklerotik. Pembentukan osteophyte hebat, kapsul sendi menjadi kendor (laxity), sehingga tampak deformitas yang jelas (Hudaya, 2002).
Selain nyeri, tanda dan gejala yang sering ditemui pada penderita OA antara lain:
(1) kaku sendi/ stiffness,
(2) keterbatasan lingkup gerak sendi lutut,
(3) krepitasi (Bunyi pada setiap persendian), disebabkan permukaan sendi yang kasar    karena degradasi rawan sendi,
(4) kelemahan dan atrofi otot sekitar sendi lutut karena disuse terutama otot quadriceps,
(5) deformitas, OA yang berat akan menyebabkan destruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak sekitar sendi,
(6) instabilitas sendi lutut, disebabkan berkurangnya kekuatan otot sekitar sendi lutut yang mencapai 1/3 dari kekuatan otot normal dan juga oleh kendornya ligamen sekitar lutut (Kuntono, 2005).
(7) Adanya pembengkakan/peradangan pada persendian.
(8) Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendian.
         (9) Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan.

Gb. 3. Lutut penderita OA
 
2.4.      Diagnosis dan Komplikasi
           
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan gejala penyakit dan dengan melakukan pemeriksaan tambahan , yaitu :
1. Rontgen Tulang
Diagnosis OA lutut biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiologis. Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostik. Jarang sekali dibutuhkan peralatan diagnostik yang lebih canggih. Gambaran radiografik yang menyokong diagnostik OA adalah penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban), peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan perubahan struktur anatomi sendi (Kalim, 1996). Selain pendapat di atas, kriteria Altman juga merupakan salah satu pedoman diagnosis OA lutut. Bila seseorang ditemukan hanya nyeri lutut, diagnosa OA harus ditambah 3 dari 5 kriteria, yaitu 1) umur di atas 50 tahun, 2) kaku sendi pagi hari kurang dari 30 menit, 3) nyeri tekan pada tulang, 4) pembesaran tulang, 5) perabaan sendi tidak panas. Bila ada gambaran osteofit pada pemeriksaan radiologi, dibutuhkan 1 dari 3 kriteria tambahan, yaitu 1) umur di atas 50 tahun, 2) kaku sendi kurang dari 30 menit, 3) krepitasi (Parjoto, 2000). Dengan rontgen kita dapat mengetahui dengan jelas kerusakan atau perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang rawan atau tulang yang diindikasikan mengalami osteoartritis.

 Gb. 4. Gambaran rontgen Knee OA


2.    MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Kita dapat melihat kelainan-kelainan yang terjadi pada tulang rawan atau tulang yang diindikasikan mengalami osteoartritis. Pemeriksaan ini lebih baik dibanding dengan rontgen.
3. Aspirasi sendi ( arthrocentesis )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara mengambil sedikit cairan yang ada dalam sendi untuk diperiksa di laboratorium untuk memeriksa apakah terjadi kelainan pada sendi.
            Komplikasi
            Penderita OA lutut, apabila tidak diberikan pertolongan yang cepat maka pada sendi tersebut dapat terjadi gangguan antara lain 1) gangguan pada waktu berjalan karena adanya pembengkakan akibat peradangan, 2) terjadi kekakuan pada sendi lutut karena peradangan yang berlangsung lama sehingga struktur sendi akan mengalami perlengketan, 3) terjadi atrofi otot karena adanya nyeri, maka penderita enggan melakukan gerak pada sendi lutut, sehingga apabila sendi lutut lama tidak digerakkan dapat menyebabkan otot-otot pada sendi lutut atrofi atau disuse atrofi. Otot dapat mengalami atrofi sampai 30 % dalam seminggu, sedangkan otot dalam keadaan istirahat akan kehilangan fungsi sebanyak 3 % per hari, 4) menurunnya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat badan, sehingga dapat memperburuk keadaan penyakit dan menimbulkan deformitas. Penurunan fungsi otot selanjutnya dapat menurunkan kemampuan aerobik serta kapasitas fungsional (Tulaar, 2005).

2.5.         Pencegahan dan Pengobatan OA
            Pencegahan.
OA dapat dihindari dengan mengeliminir faktor predisposisi seperti yang dijelaskan di atas. Sebagai tips, lakukan hal-hal berikut untuk menghindari sedini mungkin Anda terserang OA atau membuat OA Anda tidak kambuh, yaitu dengan:
·         Menjaga berat badan. Merupakan faktor yang penting agar bobot yang ditanggung oleh sendi menjadi ringan.
·         Melakukan jenis olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian atau yang menyebabkan terjadinya perlukaan sendi. Contohnya berenang dan olahraga yang bisa dilakukan sambil duduk dan tiduran.
·         Aktivitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur. Jangan memaksa untuk melakukan olahraga porsi berat pada usia lanjut. Tidak melakukan aktivitas gerak pun sangat tidak dianjurkan. Tubuh yang tidak digerakkan akan mengundang osteoporosis.
·         Menghindari perlukaan pada persendian
·         Meminum obat-obatan suplemen sendi (atas anjuran dokter)
·         Mengkonsumsi makanan sehat.
·         Memilih alas kaki yang tepat & nyaman.
·         Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik.
·         Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.
·         Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan.
      Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.

Pengobatan
Obat khusus untuk penderita osteoartritis belum ada. Pengobatan dengan terapi hanya dapat menghilangkan rasa nyeri dan mempertahankan fungsi sendi yang terkena Osteoartritis. Ada tiga tujuan dari terapi ini, yaitu : mengontrol nyeri, mengatasi gangguan pada aktivitas sehari-hari, dan untuk menghambat proses pertumbuhan penyakit.
Terapi ini dapat kita lakukan dengan pelatihan pengurangan berat badan,olah raga ringan, perlindungan sendi, terapi fisik, dan memberi obat antinyeri atau vitamin glukosamin dan chondroitin yang berfungsi merangsang pertumbuhan tulang rawan ( saya sendiri mengalaminya, dan mengkonsumsi vitamin glukosa. Hasilnya memang jauh lebih baik). Pengobatan medis dapat dilakukan apabila penderita memiliki rawan sendi yang sudah terkikis habis. Terkadang juga dilakukan untuk mengoreksi faktor resiko, misalnya pada individu dengan kaki “O”.
            Penurunan berat badan, meskipun tampak sepele, sangat besar pengaruhnya terhadap progresivitas osteoartritis. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan sebesar 5 kg dapat menurunkan kejadian osteoartritis lutut sebesar 50% pada wanita, ini terutama terjadi pada wanita yang kelebihan berat badannya dari berat badan ideal di atas 10%.

BAB III
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS (OA)

3.1.      Indikasi Pemeriksaan Radiografi

            Berhubung materi kali ini adalah pemeriksaan radiograpy pada kasus OA, maka dapat disimpulkan indikasi atau tujuan umum dilakukannya pemeriksaan radiografi untuk menegakkan diagnosa akibat terjadinya Osteoarthritis karena kelainan patologis (mengetahui kelainan akibat penyakit).

3.2.      Persiapan Pasien dan Persiapan Alat
a. Persiapan Pasien
            Beberapa persiapan yang perlu dilakukan terhadap pasien antara lain :
  • Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa seperti :jam tangan, perhiasan-perhiasan logam agar tidak merusak gambar radiografi.
  • Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya.           
b. Persiapan Alat
Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi antara lain :
  • Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat)
  • Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa(untuk method AP weight-bearing digunakan ukuran 35 x 43 cm )
  • Marker (pemberi tanda R :right, L :left)
  • Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon, dsb)
  • Load pembagi (pembagi/pembatas film).

3.3.      Methode Pemeriksaan Radiografi OA
            Standing
            Untuk kasus pemeriksaan dengan indikasi Arthritis pada knee (lutut); Leach, Gregg dan Siber merekomendasikan pemeriksaan radiograpy dengan Proyeksi AP Weight-Bearing Bilateral. Dengan proyeksi ini akan tampak celah sempit pada persendian lutut.      
            3.3.a.      Posisi Pasien
  • Arahkan pasien untuk Standing-upright / berdiri tegak, dengan kaset vertical di belakang knee (lutut).

            3.3.b.      Posisi Objek
  • Atur posisi objek (knee) berada di tengah-tengah kaset atau IR (image reseptor), degan posisi kedua knee true AP 
  • Tempatkan jari kaki (toes) lurus menghadap ke depan, dengan jarak cukup antara kedua kaki agar keseimbangan terjaga
  • Minta pasien untuk berdiri tegak dengan lutut (knee) full ekstensi dan bobot tubuh seimbang di antara kedua kaki
  • Pertengahan kaset terletak ½ inch (1,3 cm) di bawah apex patella
  • Bila perlu proteksi pasien dengan shield gonads


            3.3.c.      Arah Sinar (CR) dan Titik Bidik (CP)
  • CR (central ray) à horizontal dan tegak lurus pertengahan kaset (IR).
  • CP (central point)à ½ inch / 1.3 cm di bawah apex patella (The apices of the patellae)

Gb. 5. Celah antara persendian lutut OA


3.3.d.   Struktur Gambar dan Kriteria Gambar
  • Struktur Gambar yang Tampak
Gambar radiograpy menunjukan ruang/celah dari knee/ lutut. Cacat atau kelainan bentuk dari varus dan valgus juga dapat dinilai atau dilihat dari prosedur ini.
  • Kriteria Gambar
Kriteria di bawah ini harus tampak dengan jelas :
    • Knee kiri dan kanan tampak true AP tanpa rotasi
    • Celah antara sendi lutut terlihat di tengah-tengah area penyinaran 
    • Tampak permukaan persendian knee baik kanan maupun kiri 
    • Ukuran kaset memadai/cukup untuk menunjukan sumbu tegak (longitudinal) daripada badan atau batang os. Femur dan os. Tibia.









 Gb. 6.
Kriteria gambar proyeksi AP weight-bearing
3.4.      Proteksi Radiasi
  • Untuk petugas
    • Atur jarak (min 1 m) 
    • Shielding (pelindung Pb)
    • Waktu (s)
  • Untuk Pasien
    • Faktor Eksposi (kV, mA, s)
    • Shield gonads (apron)
    • Batasi lapangan / area penyinaran 
BAB IV
PENUTUP
4.1.      Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain kita sebagai mahasiswa calon radiografer mengetahui teknik pemeriksaan yang khusus digunakan untuk pemeriksaan radiografi pada penerita osteoarthritis terutama pada bagian lutut. Selain itu mahasiswa mengetahui perbedaan antara methode khusus yang digunakan tersebut (AP weight-bearing) dengan methode pemeriksaan knee secara umum, serta gambaran khusus yang ditampilkan oleh methode AP weight-bearing sehingga methode ini dipilih untuk pemeriksaan knee OA (osteoarthrtis). Sehingga nantinya setelah terjun di dunia kerja mahasiswa dapat mengaplikasikan methode AP weight-bearing kepada pasien knee OA dengan baik dan benar.   

4.2.      Saran                            
            Beberapa saran yang ingin saya utarakan selaku mahasiswa antara lain agar di waktu mendatang dosen pengajar Teknik Radiograpy Dasar (TRD) I dapat membimbing mahasiswa untuk menerapkan teknik pemeriksaan radiografy knee OA ini dengan baik, tidak hanya teori namun jauh lebih penting ialah penerapannya saat praktek. Sehingga dengan praktek yang benar diharapkan nantinya saat diaplikasikan di dunia kerja mahasiswa sudah fasih dengan penggunaan teknik AP weight-bearing pada knee OA.
DAFTAR PUSTAKA

Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2007. Merril’s Atlas of Radiographic Positioning and Procedures Edition 11 (Volume One), St. Louis : Mosby Elsevier

Tim Penyusun, 2008. Pencegahan dan Pengobatan Osteoarthritis, www.panji@blogspot.com

Tim Penyusun, 2008. Osteoarthritis : Cegah Sebelum Anda Menderita!, www.tanyadokteranda.com

Tim Penyusun, 2008. Osteoarthritis, www.infohidupsehat.com


 

1 komentar:

Mau tanya jadi kenapa pada kasus OA genu dibuat proyeksi berdiri? Kenapa tidak supine?

Post a Comment

Terimakasih telah mampir. Silahkan berikan komentar anda. Salam.